JAKARTA, MENARA62.COM – Sudah saatnya Indonesia memperkuat keberadaan pendidikan anak usia dini (PAUD) sejak sekarang. Sebab pada 15 hingga 20 tahun yang akan datang, anak-anak yang sekarang duduk di bangku PAUD tersebut akan menjadi penentu masa depan bangsa.
“Diperkirakan pada kurun 15 tahun sampai 20 tahun yang akan datang, ada 100 juta sampai 170 juta penduduk usia produktif yang menjadi penentu nasib bangsa yang saat ini mereka masih duduk di bangku PAUD,” kata Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Dr. Desvian Bandarsyah pada Seminar Nasional PAUD, Sabtu (9/2/2019).
Seminar bertema Membangun PAUD Berkualitas dan Berkemajuan Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 tersebut digelar oleh Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UHAMKA bekerjasama dengan Ikatan Guru Bustanul Athfal (IGABA) DKI Jakarta.
Anak-anak PAUD tersebut akan menjadi generasi milenial. Merekalah yang akan menjadi pemain utama pada tahun emas kemerdekaan Indonesia. Sehingga mereka harus mulai dipersiapkan sejak sekarang.
Diakui Desvian, saat ini keberadaan PAUD sudah mulai menjadi salah satu prioritas pembangunan pendidikan nasional. Terbukti Kemendikbud sudah membentuk unit kerja tersendiri yang mengurus PAUD yakni Ditjen PAUD dan Kesmas.
Penguatan lembaga yang mengurus PAUD itu lanjut Desvian tentu membutuhkan aksi nyata di lapangan terkait penyediaan infrastrktur, sarana dan prasarana yang dibutuhkan lembaga PAUD. Termasuk juga penguatan mutu dan kualitas guru-guru PAUD serta tingkat kesejahteraan guru PAUD.
Desvian mengingatkan bahwa era revolusi industry 4.0 membawa tantangan baru dalam dunia pendidikan. Tak terkecuali pendidikan level PAUD, dimana anak-anak usia balita sudah sangat familiar dengan teknologi berupa gawai.
“Teknologi ibarat dua sisi pedang, ada hal-hal yang membawa kebaikan, membawa nilai postif dan bermanfaat. Tetapi sisi yang lain juga bisa menjerumuskan, bisa mematikan bahkan membuat punah generasi. Ini harus disadari oleh kita semua,” tambah Desvian.
Fakta tersebut menjadikan tantangan bagi guru-guru PAUD. Mereka tidak bisa sekedar mengajar dengan berpedoman pada teori yang ada. Hal-hal yang sifatnya kebaruan, hal-hal yang bersentuhan dengan teknologi juga harus segera diadaptasi oleh guru-guru PAUD.
Itu sebabnya, seminar nasional yang menghadirkan lebih dari 500 peserta terdiri dari guru PAUD, mahasiswa, praktisi, akademisi dan pemerhati PAUD dari seluruh Indonesia menjadi penting dan strategis. Diharapkan dari seminar tersebut muncul ide-ide baru sebagai bahan rekomendasi membangun PAUD dimasa kini dan yang akan mendatang.
Baca juga:
- Program Penguatan Layanan Sipil PAUD Inklusif Diresmikan
- Seminar Nasional PAUD UHAMKA Bahas Revolusi Industri 4.0
Menurut Desvian, pendidikan dan pengetahuan adalah kekuasaan, menjadi bagian penting untuk mengembangkan manusia ke depan. Siapa yang memiliki dua variable penting tersebut maka akan menjadi bangsa penguasa.
Contohnya Amerika Serikat dan China. Dua Negara tersebut merupakan Negara dengan jejak pendidikan yang mumpuni. Karenanya dua Negara tersebut kini menjadi Negara-negara penguasa dunia.
Meski saat ini posisi indeks pembangunan manusia (HDI) Indonesia masih 113 diantara 174 negara tetapi kesempatan untuk mengejar ketertinggalan masih terbuka sangat lebar. Sebab saat Negara lain menghadapi persoalan SDM, Indonesia dengan bonus demografi yang saat ini sudah mulai berlangsung justeru akan memiliki sekitar 170 juta penduduk usia produktif pada puncak bonus demografi 20 tahun ke depan. Keberadaan penduduk usia produktif inilah yang akan menjadi lokomotif pembangunan yang akan mengantar Indonesia menjadi Negara dengan berpendapatan tinggi dengan posisi ke 7, 6 atau bahkan 5 dunia.
Baca juga:
Sementara itu Bunda PAUD DKI Jakarta Fery Farhati dalam sambutan melalui video mengingatkan bahwa guru PAUD harus menjadi guru yang visioner yang memandang jauh ke depan. Yakni guru yang bisa membedakan antara kepentingan sesaat dan kepentingan anak di masa depan.
“Contohnya kita cenderung ingin anak tampil dipanggung, dalam usaha ini kita sering mengesampingkan perasaan anak, lupa bahwa anak stress, takut pada situasi yang dipaksakan. Guru PAUD harus mengedepankan kepentingan anak,” jelas Fery.
Ketua Program Studi PG PAUD UHAMKA Amelia Vinayastri S.Psi, M.Pd mengatakan penyelenggaraan seminar nasional tersebut sesuai dengan visi Prodi PAUD UHAMKA yakni terwujudnya PG PAUD yang menghasilkan lulusan professional dan unggul dalam kecerdasan spiritual, intelektual, emosional dan social di tingkat nasional pada 2020. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu memberikan wawasan, inspirasi dan implementasi yang tepat kepada para peserta.
Tonton video sambutan Bunda PAUD DKI Fery Farhati