JAKARTA, MENARA62.COM – Sebanyak 45 guru besar lintas disiplin ilmu yang tergabung dalam Dewan Guru Besar BINUS University siap berkontribusi nyata melalui pemikiran strategis untuk membangun negeri. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Guru Besar BINUS University Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM pada temu media dalam rangka Dies Natalis BINUS University ke-44 yang digelar di kampus BINUS Jakarta, pada Selasa (1/7/2025).
“Kami siap berkontribusi untuk menjawab berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari disrupsi teknologi, ekonomi, dinamika politik dan hukum, perkembangan life science hingga krisis dalam pendidikan dan nilai-nilai kemanusian,” ujar Prof. Harjanto.
Hadirnya Dewan Guru Besar ini jelas Prof. Harjanto sekaligus menegaskan kembali peran BINUS University sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya melahirkan lulusan yang unggul, tetapi sekaligus juga menawarkan solusi berbasis ilmu pengetahuan.
“Guru Besar tidak identik dengan orang-orang yang mau pensiun atau bahkan sudah pensiun. Guru Besar memiliki tugas mulia dalam menjaga marwah akademik,” lanjut Prof. Harjanto.
Menurut Prof Harjanto, Dewan Guru Besar BINUS University adalah kekuatan intelektual BINUS yang hadir tidak hanya untuk dunia akademik, tetapi juga sebagai suara moral dan ilmiah yang menjawab persoalan masyarakat dan bangsa. Karena itu sebagai bagian dari visi BINUS 2035 “A World-class University, Fostering and Empowering the Society in Building and Serving the Nation”, BINUS University melalui Dewan Guru Besar berkomitmen terus hadir dalam memberikan kontribusi dan solusi konkret atas persoalan bangsa dan juga dunia. Tidak hanya melalui pendidikan dan riset, tetapi juga dengan mendampingi masyarakat dalam proses perubahan yang berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa dunia saat ini membutuhkan lebih dari sekadar wacana. Dunia membutuhkan solusi. Dan solusi itu lahir dari pemikiran yang tajam dan kolaboratif,” tegas Prof. Harjanto.

Dalam temu media tersebut, Dewan Guru Besar BINUS University juga memaparkan sejumlah pemikiran strategisnya, di antaranya:
Pertama, Prof. Dr. Ir. Derwin Suharto, S.Kom, MTI yang menyoroti perkembangan teknologi informasi yang menjadi fondasi dari banyak tantangan hari ini. Ia menekankan pentingnya kebijakan nasional yang adaptif dan agile, agar mampu mengimbangi kecepatan inovasi teknologi digital yang kian desruptif.
Kedua, Prof. Yanthi Rumbina Ianova Hutagaol, SP. M.Acc, Ph.D yang menggarisbawahi pentingnya etika digitalisasi di sektor ekonomi khususnya UMKM. Menurutnya transformasi digital yang sukses bukan hanya soal teknologi, tetapi juga keberanian untuk menjaga integritas, transparansi dan nilai-nilai keadilan sosial dalma praktik bisnis sehari-hari.
Ketiga, Prof. Dr. Shidarta, SH,M.Hum, menyoroti kondisi dinamika politik dan hukum di Indonesi dan menegaskan bahwa penegakan hukum dan stabilitas politik tidak cukup hanya dengan pendekatan normatif, tetapi juga perlu integritas, pendidikan etika hukum dan peran serta public dalam pengawasan.
Keempat, Prof. Dr. Nesti F. Sianipar, SP, MSi yang menyampaikan tentang ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat sebagai tantangan lintas generasi. Ia menyampaikan berbagai inovasi yang dilahirkan untuk mendukung kestabilan.
Kelima, Prof. Dr. Ir. Ssmoko, M.Pd, MA, CIRR, IPU, ASEAN Eng, SMIEEE yang menyampaikan pentingnya revolusi pendidikan didukung kecerdasan buatan. Ia menekankan bahwa AI bukan pengganti pendidik, melainkan partner strategis untuk menciptakan pengalaman belajar personal, relevan, dan berorientasi pada pembentukan karakter generasi emas 2045.
Keenam, Prof. Gatot Soepriyanto, SE, Ak, M. Buss (Acc), PhD, CA, CFE yang memberikan refleksi kritis atas banyaknya kegagalan startup Indonesia. Ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan literasi keuangan, tata kelola korporasi yang kuat dan pengawasan regulative yang progresif namun inklusif terhadap inovasi.
