27.8 C
Jakarta

DI PENGHUJUNG RAMADAN

Baca Juga:

Bonni Febrian
Bonni Febrianhttp://menara62.com
Belajar istiqomah dan lebih bermanfaat

Oleh :

Machnun Uzni, S. I. Kom

Waktu demikian terasa cepat berlalu. Melihat ke belakang, rasanya baru kemarin kita memasuki ramadan, namun ketika menghitung ke depan dalam hitungan jari tangan ramadan akan menghilang.

Entah perasaan berkecamuk seperti apa didalam diri kita. Tentang target ibadah yang kita canangkan namun belum terselesaikan. Rasanya menyesal mensia-siakan hari Ramadan yang kita lewatkan dengan kesalehan.

Menjadi pelipur untuk tetap tersemangati perjalanan kesalehan spiritual kita di penghujung Ramadan. Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “yang menjadi ukuran hasil ibadahmu adalah kesempurnaan di akhir amalan bukan kekurangan di awalnya.” Menjadi petunjuk untuk menyempurnakan amaliah kesalehan dan menutup kekurangan hari-hari yang terlewati dari kesungguhan.

Kurang apalagi peringatan untuk memberi porsi lebih dihari-hari istimewa dibulan suci ini. Ali bin Abi Thalib biasa berseru pada akhir Ramadan, “Merinding aku, siapakah orang yang diterima amalnya, aku akan berikan ucapan selamat kepadanya dan siapakah yang ditolak ibadahnya, aku akan bertakziah kepadanya.”

Sebuah lecutan semangat, ada harga yang harus dibayar ketika Ramadan berakhir. Tentang amal yang diterima atau hari-hari terlewat dengan sia-sia. Kita masih diberi waktu menutup kekurangan, menambah porsi nilai kesalehan spiritual berharap menemukan titik waktu yang sama ketika beribadah ditakar timbangannya senilainya lebih dari 1000 bulan.

Ada kesempatan disisa hari Ramadan. Berpacu didetik waktu hingga takbir idul fitri dikumandangkan, disenja 1 syawal. Ibnu Jauzi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kuda pacu apabila sudah mendekati garis finis ia akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenangkan lomba. Maka jangan sampai kalah cerdas dari kuda. Karena sesungguhnya amalan itu itu ditentukan oleh penutupnya. Jika belum menyambut Ramadan dengan baik paling tidak dapat melepasnya dengan baik.”

Kesungguhan di 10 hari terakhir Ramadan dapat kita potret dari teladan kita nabi Muhamamd SAW., sebagaimana disampaikan istri beliau ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih, (Hadits riwayat Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Bagaimana dengan kita di penghujung Ramadan?

 

 

*)Ketua Majelis Pustaka & Informasi PW. Muhammadiyah Kalimantan Timur

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!