32.9 C
Jakarta

Diet CFCG Autis Terancam Gagal Selama Pandemi Covid-19

Baca Juga:

Oleh :Yulita Listianita, S.Pd(Guru SLB Negeri 1 Pemalang)

PEMALANG,MENARA62.COM-“BU GURU,. Maaf terlambat mengumpulkan tugas, anak saya tidak mau buat tugas ini bu.” “Ibu guru, anak saya nangis terus dari tadi, tantrum bu guru.” “Anak saya marah-marah terus tidak mau diam lari-lari terus bu,” adalah beberapa contoh laporan orang tua peserta didik selama pandemi Covid-19, khususnya peserta didik autis tingkat kelas dasar.

Keluhan orang tua sebagian besar akibat sekolah yang libur terlalu lama sehingga tidak dapat melaksanakan pembelajaran dan terapi, selain itu kepatuhan peserta didik khususnya autis berkurang karena terlalu lama dirumah, dan juga peserta didik autis gagal melaksanakan diet.

Judarwanto (2006) berbendapat bahwa autis merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, bahasa, perilaku, dan interaksi sosial. Pada anak dengan autisme biasanya harus menjalani diet khusus di mana
anak pantang terhadap makanan tertentu.

Pencernaan dan fungsi otak mempunyai hubungan yang sangat erat. Komposisi mikrobioma pada sistem pencernaan dapat mempengaruhi emosi dan fungsi otak seseorang termasuk anak autis. Diet bebas gluten dan kasein dapat berpotensi menyebabkan kekurangan kalsium, vitamin D, vitamin B, zat besi, dan nutrisi penting lainnya.

Prinsip dasar diet anak autis yang selalu ditekankan oleh orang tua adalah diet dengan mengurangi tetapi banyak pemahaman yang kurang tepat. Bahwa diet anak autis tersebut seharusnya mengatur bahan jenis yang harus dikonsumsi.

Senada dengan pendapat Rachmi, seorang ibu dari anak autis yang juga seorang ahli gizi pada channel youtube Riska Timothy, Parenting Online Indonesia (POIN) ke-13 dengan tema Variation Compotition Portion. Rachmi berpendapat bahwa seharusnya orangtua anak autis perlu mengetahui status gizi bagi anak-anak mereka.

APA ITU DIET CFGF?

CGGF singkatan Casein Free Gluten Free, diet GFCF menjadi salah satu diet yang bisa dilakukan oleh anak autis, guna mencegah gangguan pencernaan lain yang mengakibatkan semakin parahnya perkembangan anak autis. Diet GFCF
(Gluten Free Casein Free) merupakan diet bebas gluten dan bebas kasein dimana anak autis menghilangkan konsumsi gluten dan casein. Gluten merupakan protein yang terdapat pada tumbuhan misalnya tepung terigu, sedangkan Casein merupakan phospo protein yang terdapat pada susu yang mempunyai struktur mirip gluten.

Dr. Rudi Sutadi, SpA spesialis anak dari pusat terapi Kid Autis berpendapat bahwa tubuh anak dengan autisme tidak dapat mencerna kasein dan gluten dengan baik, sehingga rantai protein tidak terpecah total tetapi menjadi rantai-rantai pendek asam amino yang disebut peptida. Uraian senyawa yang tidak sempurna tersebut masuk ke pembuluh darah dan sampai ke otak sebagai morfin. Keberadaan morfin jelas mempengaruhi kerja otak dan pusat-pusat saraf sehingga anak berperilaku aneh dan sulit berinteraksi dengan lingkungannya.

Terdapat bahan pengganti susu sapi antara lain: susu kacang kedelai, kacang hijau atau kacang tanah. Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet serta MSG, olahan susu seperti keju, es krim, yoghurt, serta makanan yang banyak mengandung gula demi menekan racun yang ada di dalam usus.

Selain menghindari beberapa jenis makanan, sebaiknya dibatasi dalam pemberian buah-buahan untuk anak autis. Berikut ini merupakan buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi seperti apel, jeruk, melon, strawberi, anggur, sebaiknya tidak diberikan. Kadar gula yang tinggi dapat membuat autis menjadi bertambah aktif. Sebagai penggantinya dapat diberikan buah pisang dan pepaya. Alasan Gagal Diet Selama Pandemi

(1). Kurangnya Aktivitas Fisik Selama Pandemi Covid- 19, peserta didik berada dirumah, mengerjakan tugas juga dirumah, guru tidak semuanya memberikan tugas fisik, mungkin hanya membuat modul, atau activity daily living sederhana selama dirumah. Kegiatan yang tidak sepadat peserta didik biasa disekolah, disamping belajar di sekolah, peserta didik ada kegiatan terapi baik dirumahsakit, atau di sekolah, selain itu aktivitas olahraga, atau bermain dengan teman. Karena kurangnya aktivitas inilah, menyebabkan kepatuhan anak autis menurun, selain itu banyak nya waktu dirumah digunakan untuk menonton tivi dan tentu saja makan.

2). Mudahnya memperoleh makanan selama dirumah, rasa bosan sudah pasti melanda, tidak terkecuali untuk autis, dengan minimnya aktivitas serta lama nya libur yang sudah menjadi kebiasaan. Pandemi ini, banyak keluarga yang mempersiapkan persediaan makanan yang lebih banyak, seperti mie, gula, susu, atau bisa jadi jika bukan hanya anak autis yang berada dirumah namun ada saudara/saudarinya, akses tempat penyimpanan yang bisa langsung diperoleh oleh anak autis. Belum lagi adanya aplikasi jasa antar makanan, bisa kapan saja dilakukan. Tentu saja banyak kasein, gluten bahkan MSG terkandung dalam makanan tersebut, berdampak pada anak autis menjadi lebih hiperaktif, dan susah diatur, sehingga banyak pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru jadi terhambat dikerjakan.

(3). Tidak ketatnya Pengawasan Orang tua. Pentingnya peran aktif orang tua dalam masa pandemi ini untuk memperhatikan kebutuhan gizi, dan diet anak autis. Orang tua harus konsisten dalam mengganti gluten dan kasein dengan kebutuhan gizi lain. Ketidak-konsistennya orang tua mengakibatkan putra- putri mereka semakin sulit diatur, dan orang tua sendiri yang kerepotan, untuk itu perlunya peran serta dari orang tua bahwa memahami apa saja pantangan makanan autis demi
mendukung keberhasilan diet, sehingga tumbuh kembang autis dapat optimal.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!