34.3 C
Jakarta

Pemilu AS 2020: Penantian Yang Menegangkan

Baca Juga:

Bak menantikan kelahiran kelahiran seorang bayi, proses penghitungan suara hasil pemilu di Amerika Serikat 2020 ini, amat menegangkan. Ada perasaan cemas, kekhawatiran dan ada harapan untuk sebuah masa depan yang telah dinantikan lama.

Ketegangan itu, sebetulnya sudah mulai dirasakan sejak sebelum pemungutan suara yang dilakukan pada 3 November 2020 lalu.

Bahkan, pada Selasa malam, kandidat presiden Donald Trump dengan cerobohnya, sudah mengumumkan kemenangannya. Dikatakan ceroboh dan sombong, karena tanpa bukti yang memadai untuk mengklaim kemenangan itu.

Faktanya, situs BBC.COM melansir, hasil penghitungan suara pemilihan presiden Amerika Serikat, antara Donald Trump dan Joe Biden, menunjukkan persaingan sengit di sejumlah negara bagian yang bisa menjadi kunci kemenangan. Selain tiu, tidak ada satupun capres yang secara kredibel bisa mengklaim telah memenangi pilpres, mengingat puluhan juta suara lewat pos belum dihitung.

Tanpa menyatakan telah menang, kandidat presiden Joe Biden menegaskan keyakinannya bahwa pihaknya akan berjaya. Biden diproyeksikan memperoleh suara terbanyak di Michigan, salah satu negara bagian kunci pertarungan.

“Saya di sini tidak untuk menyatakan kemenangan, tetapi saya di sini untuk melaporkan bahwa ketika penghitungan rampung, kami yakin kamilah pemenangnya,” ujar Biden pada jurnalis.

Di sisi lain, saat berbicara dari Gedung Putih pada Selasa malam, Trump mendeklarasikan kemenangan—tanpa memberikan bukti apapun. Dia mengatakan akan meluncurkan gugatan lewat Mahkamah Agung terkait suara lewat pos. Bahkan, tim kampanyenya sudah melayangkan gugatan di empat negara bagian, yakni di Georgia, Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania.

Padahal, seorang kandidat presiden harus mendapatkan suara terbanyak, 270 atau lebih, untuk memenangkan pemilihan.

Partai

Partai Republik adalah parpol berhaluan konservatif di AS dan kandidat mereka pada pilpres tahun ini adalah petahana Presiden Donald Trump, yang berharap dapat mempertahankan jabatannya selama empat tahun mendatang.

Adapun Partai Demokrat adalah parpol berhaluan liberal di AS dan kandidat mereka adalah Joe Biden, politisi berpengalaman yang dikenal pernah menjabat sebagai wakil Barack Obama selama delapan tahun.

Kedua pria tersebut berusia 70-an tahun. Jika kembali terpilih sebagai presiden, Trump akan berumur 74 tahun pada awal masa jabatannya yang kedua. Sedangkan apabila Biden menjadi presiden, lelaki berumur 78 tahun itu bakal menyandang predikat sebagai presiden tertua AS pada masa jabatannya yang pertama.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!