YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D memandang kerja sama BMKG dengan Muhammadiyah sangat penting dan strategis. Keberadaan perguruan tinggi Muhammadiyah bisa dijadikan tempat riset dan pengembangan teknologi.
Dari sisi komunikasi sosial, Muhammadiyah sebagai organisasi yang sudah hadir berpuluh tahun dan mengakar kuat, dipandang Dwikorita Karnawati sebagai bagian dari solusi untuk keberlanjutan informasi.
“Dengan jaringan komunikasi di Muhammadiyah, kami yakin informasi yang barangkali selama ini masih ada kendala di daerah-daerah tertentu, dengan kehadiran Muhammadiyah bisa menjadi bagian dari solusi,” katanya.
Hal tersebut disampaikan Dwikorita Karnawati dalam serial webinar yang diselenggarakan oleh Divisi Pengurangan Resiko Bencana dan Kesiapsiagaan MDMC PP Muhammadiyah, Senin, 26 Desember 2022 pukul 19.00 WIB – selesai.
Webinar dengan tema “Refleksi dan Penguatan Kolaborasi dalam Pengelolaan Risiko Bencana sebagai Penguatan Resiliensi Berkelanjutan” ini menghadirkan nara sumber Mohammad Sadly Muhamad Sadly, Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG dan Lilik Kurniawan Sekretaris Utama BNPB.
Dwikorita Karnawati juga mengatakan dari sudut pandang BMKG, pengelolaan resiko bencana saat ini sudah mengalami banyak kemajuan dibandingkan dengan tahun 2004 saat terjadi peristiwa tsunami Aceh.
Mulai dari peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan sumber daya manusia, menurutnya sudah tersistem serta mumpuni. Namun karena makin kompleksnya fenomena bencana dari intensitas yang meningkat hingga permasalahan sosial yang muncul membuat manajemen resiko bencana belum berjalan dengan maksimal.
Banyak hal yang harus dibenahi, ujar Dwikorita Karnawati, salah satunya dari sisi teknologi.
“Misalnya saat ini Indonesia sudah bisa mendeteksi dini tsunami yang diakibatkan oleh gempa, namun tsunami yang disebabkan oleh selain gempa, masih menjadi PR untuk terus digali, dicari solusi metode yang cepat tepat akurat,” katanya.
Peringatan dini gempa bumi dan akses data yang berada di beberapa lembaga termasuk masih menjadi tantangan tersendiri bagi BMKG. Kemudian penyampaian informasi potensi ancaman bencana dari BMKG ke masyarakat juga terkendala infrastruktur komunikasi.
Muhammad Sadly, dalam paparannya Mitigasi Bencana Geo Hidrometereologi mengatakan kita tidak bisa menghindari bencana karena berada di kawasan ring of fire.
“Sehingga yang harus kita tingkatkan adalah bagaimana memitigasi, bagaimana mempersiapkan masyarakat dan semua stakeholder agar apabila terjadi bencana, maka masyarakat kita sudah siap. Itulah tanda-tanda bahwa kita bisa mewujudkan zero victim,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, BMKG siap berkolaborasi dengan Muhammadiyah melalui MDMC dalam melakukan diseminasi informasi terkait kejadian-kejadian klimatologi dan geofisika serta membangun kolaborasi dan budaya adaptasi.
“Instansi terkait dari Muhammadiyah di seluruh Indonesia kami siap install kan multi hazard early warning system terintegrasi. Ini sangat mudah, siapkan saja monitor, kemudian internet dan personal computer. Kami akan training petugas-petugas yang mengoperasikan aplikasi ini,” ungkapnya.
Muhammad Sadly dalam kesempatan itu juga menyampaikan BMKG sudah mengembangkan beberapa inovasi yaitu Sistem Processing Gempa Bumi dan Tsunami “Merah Putih”, Ina EEWS serta Prekursor Gempa Bumi. (*)