30.8 C
Jakarta

Donasi Makanan untuk Anak Sekolah? Ada Aplikasi Y Waste lho!

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Bertepatan dengan Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh tanggal 2 Mei 2019, Foodbank of Indonesia (FOI) melakukan kerjasama dengan PT Y Waste Maju Teknologi untuk mengatasi masalah kelaparan pada anak-anak sekolah. Kerjasama tersebut intinya adalah mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan makanan dengan pihak yang membutuhkan donasi makanan.

“Kami melakukan observasi di sejumlah sekolah di Banten dan DKI Jakarta. Ternyata sekitar 40 hingga 50 persen anak pergi ke sekolah dalam kondisi kelaparan karena tidak sarapan,” kata Pendiri Foodbank of Indonesia, M Hendro Utomo di sela penandatanganan MoU antara PT Y Waste Maju Teknologi dengan Foodbank of Indonesia (FOI) belum lama ini.

Menurutnya kelaparan pada anak sekolah tidak selamanya karena tidak ada makanan. Acapkali karena kesibukan orang tua sehingga tidak bisa menyediakan sarapan bagi anaknya.

Hal tersebut dibenarkan oleh Sukini, Kepala Sekolah SDN Gandaria Utara 11 Jakarta Selatan, Ia mengaku banyak siswanya yang datang ke sekolah dalam kondisi belum sarapan pagi.

“Mereka cukup bawa uang jajan saat pergi ke sekolah, tidak dibiasakan sarapan,” kata Sukini.

Karena itulah, bagi siswa yang datang lebih awal, tempat pertama yang dituju adalah kantin. Siswa kemudian jajan seadanya. Kadang nasi uduk, kadang mie instan sering juga camilan.

Beberapa yang tidak sempat ke kantin, lanjut Sukini terpaksa belajar dalam kondisi perut lapar. Situasi tersebut berlangsung hingga jam istirahat tiba sekitar pukul 10:00 WIB.

Perilaku siswa yang berangkat ke sekolah tanpa sarapan diakui Sukini mempengaruhi prestasi belajar. Beberapa siswa menjadi tidak focus pada pelajaran, sebagian lainnya mengantuk.

Belajar dalam kondisi perut kenyang, menurut Sukini tidak hanya baik untuk menunjang prestasi siswa. Tetapi juga sangat baik untuk mendukung kesehatan serta proses tumbuh kembang anak.

Esti Puji Lestari, President Director Y Waste Indonesia mengatakan tidak sarapan saat hendak ke sekolah menjadi salah satu problem kelaparan yang ditemukan pada anak-anak usia sekolah di Indonesia. Tetapi diyakini bahwa tidak sarapan bukan berarti tidak ada makanan. Acapkali orangtua tidak sempat menyediakan makan atau anak memang tidak terbiasa makan pagi.

Padahal sarapan menjadi kegiatan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak. Dengan sarapan maka sekitar 25 persen kebutuhan nutrisi harian anak sudah terpenuhi.

“Ketika anak lapar, maka ia menjadi sulit untuk berkonsentrasi belajar, sulit menerima pelajaran dengan baik. Perut lapar juga dapat menimbulkan rasa malas, lemas, lesu, lebih emosional, gelisah dan anemia,” kata Esti.

Menggandeng FOI, Y Waste berupaya memerangi kelaparan di Indonesia terutama di kalangan anak-anak sekolah di berbagai wilayah. FOI dan Y Waste memahami tantangan kebutuhan anak-anak yang mengalami kekurangan pangan.

Melalui aplikasi Y Waste, kerjasama dua lembaga tersebut tidak hanya mengedukasi pentingnya sarapan bagi anak sekolah tetapi sekaligus menghubungkan antara pihak yang berlebihan makanan seperti restoran dengan kelompok masyarakat yang membutuhkan makanan.

“Memanfaatkan perkembangan teknologi digital, kami mendorong terjadinya kolaborasi mengelola makanan yang berlebih untuk disebarkan kepada anak yang membutuhkan melalui program Mentari Bangsaku,” lanjut Esti.

Upaya untuk meraih keadilan pangan bagi pihak- pihak yang membutuhkan, terutama pada anak-anak memang memerlukan kerjasama berbagai pihak, baik dari pemerintah, lembaga masyarakat , dunia usaha, media, dan akademisi. Aplikasi Y Waste ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk membantu masyarakat mendapatkan akses pangan.

Sebagai langkah awal FOI melalui program Mentari Bangsaku  memfokuskan diri pada tujuan mengurangi angka kelaparan di sekolah, namun dapat diperluas untuk program program lain seperti Dapur Pangan dan RED (Response to Emergency and Disaster) FOI.

Sebelum diluncurkan di Indonesia, aplikasi Y Waste sudah berjalan baik di Austraalia dan menjadi solusi praktis menghubungkan antara pihak yang kekurangan pangan dan pihak yang berlebihan pangan. Aplikasi ini segera hadir di Indonesia dan diharapkan menjadi solusi mengatasi kelaparan di Indonesia.

Pemilihan FOI sebagai mitra Y Waste tak lepas dari pengalaman FOI sebagai bank makanan yang telah beroperasi 4 tahun dan memiliki lebih dari 500 relawan di 17 titik wilayah operasi.

“Aplikasi ini diluncurkan dengan harapan bisa mengurangi makanan terbuang hingga 40 persen dan membantu dunia usaha bidang pangan untuk lebih bijak mengelola left over food atau makanan berlebih yang berpotensi terbuang untuk membantu banyak orang,” kata Ian.

Data yang dikutip dari The Global Food Banking Network (GFN) menunjukkan ada sekitar 1,3 juta ton makanan terbuang percuma setiap tahunnya. Dan Indonesia tercatat sebagai negara terbesar kedua dengan jumlah sampah makanan dibuang percuma setelah Saudi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!