28.2 C
Jakarta

Edukasi Politik Lingkungan bagi Generasi Muda, Greenpeace Gelar Youth Festival Membangun Ulang Indonesia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Peringati Hari Sumpah Pemuda, Greenpeace gelar Youth Festival – Membangun Ulang Indonesia yang berlangsung di Bllroom Kuningan City, Jakarta. Acara yang digelar selama dua hari (28-29 Oktober 2022) tersebut diisi dengan sejumlah workshop, diskusi publik, pameran foto, booth artificial intelligent, serta pertunjukan musik.

Tujuan dari Youth Festival ini adalah untuk memberikan edukasi politik lingkungan dan menyediakan ruang diskusi bersama kepada anak muda yang akan menjadi pemimpin masa depan. Dengan mengangkat tema Membangun Ulang Indonesia, Youth Festival ingin mengajak kaum muda memahami bahwa Indonesia saat ini berada dalam cengkeraman oligarki yang menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat, dan sekaligus mengajak kaum muda untuk mengambil peran untuk Indonesia ke depan yang lebih baik, berkeadilan dan berkelanjutan dengan membangun ulang Indonesia.

Oligarki tak segan-segan menampakkan wujudnya dalam tampuk kekuasaan pemerintahan, dengan mengeluarkan sejumlah produk hukum kontroversial seperti UU KPK, UU Minerba, dan UU Cipta Kerja. Undang-undang tersebut mendapatkan penolakan dari berbagai kelompok masyarakat, karena sejumlah pasal yang dianggap tidak pro terhadap kesejahteraan rakyat dan lingkungan.

Dalam UU Cipta Kerja misalnya, salah satu ancaman utama bagi lingkungan hidup terletak pada perubahan proses perizinan untuk sektor perkebunan. Izin lingkungan telah diganti dengan “persetujuan lingkungan” yang lebih lemah sebagai bagian dari perizinan berusaha yang lebih umum. UU Ciptakerja juga telah memutihkan pelanggaran tambang dan sawit dalam kawasan hutan yang menjadi karpet merah untuk oligarki. Melemahnya standar perlindungan lingkungan ini mengancam eksistensi komunitas masyarakat adat, warga lokal sekitar perkebunan, serta membawa Indonesia mengalami dampak buruk krisis iklim yang lebih luas.

“Kita ketahui bersama, bahwa sejumlah pejabat di pemerintahan memiliki kepentingan bisnis tertentu di industri batubara juga sawit, bahkan sebanyak 45% anggota DPR (262 orang) menduduki posisi tingkat tinggi atau memegang saham di perusahaan-perusahaan di berbagai sektor seperti penyiaran, perdagangan umum, hingga industri ekstraktif. Menurut investigasi Greenpeace yang tertuang dalam film dokumenter Konsorsium 110 besutan Watchdoc, terungkap sebanyak 114 aktor sentral di sektor sumber daya alam terafiliasi dengan 178 perusahaan tambang dan sawit,” ungkap Sekar Banjaran Aji, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia.

Kondisi hutan Indonesia mengenaskan karena terjadinya deforestasi untuk keperluan industri sawit, yang telah menghabiskan 17 juta hektar hutan Indonesia. Deforestasi turut memperburuk krisis iklim dan juga meminggirkan ribuan komunitas adat di seluruh Nusantara. Jika ditelaah, struktur ekonomi politik sawit di Indonesia hanya akan memperkaya secara masif grup-grup sawit terbesar di Indonesia.

Pada sektor energi, Indonesia mendapatkan julukan “the dirty man of Asia” karena ketergantungan terhadap batu bara, yang secara aktif didorong oleh politically exposed persons untuk keuntungan pribadi mereka. Alih-alih mengurangi jumlah produksi batu bara menjadi 413 juta ton pada tahun 2017 sebagaimana direncanakan, produksi batu bara malah naik menjadi 477 juta ton. Coalruption, atau korupsi batu bara telah dan sedang menghancurkan kesejahteraan Indonesia. Praktik ini mencemari lingkungan, mematikan, merusak reputasi dan melemahkan demokrasi Indonesia melalui praktik korupsi politik.

“Dengan diadakannya festival ini, kami optimis bahwa anak muda di Indonesia dapat membalikkan keadaan ini, yaitu dengan melakukan aksi dan solusi nyata untuk membangun ulang mimpi Indonesia tanpa oligarki, serta mewujudkan masa depan Indonesia keluar dari ancaman krisis iklim,” tandas Sekar.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!