Jenewa, MENARA62.COM– Wakil Kepala Pelaksana Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah, dokter Zuhdiyah Nihayati (dokter Zee) hari ini (29/04/2021) menjadi salah satu pembicara dalam sesi “Lesson Learned form the EMT Network Disaster Response in the Pandemic” secara daring yang dipusatkan dari Jenewa, Swiss.
Acara tersebut merupakan salah satu sesi dari even tahunan Humanitarian Networks and Partnerships Week (HNPW) tahun 2021. Acara yang dihelat oleh Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC) dan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA) sudah rutin dilaksanakan sejak tahun 2015.
Even HNPW tahun 2021 memuat banyak sesi acara yang melibatkan banyak lembaga dan praktisi kemanusiaan internasional dari berbagai negara serta meliputi banyak aspek dalam bidang kemanusiaan.
Sesi “Lesson Learned form the EMT Network Disaster Response in the Pandemic” masuk dalam acara bertajuk EMT Day yang melibatkan WHO Emergency Medical Team Initative yang selama ini bertanggung jawab mengkoordinasi jaringan EMT di seluruh dunia. Dalam sesi tersebut, dokter Zee menyampaikan presentasi bersama perwakilan EMT dari Polandia dan Inggris.
Mengawali presentasinya, dokter Zee memaparkan tentang aktifitas EMT Muhammadiyah dalam respon tanggap darurat bencana selama Pandemi Covid-19. “Saya sampaikan bahwa EMT Muhammadiyah sudah melaksanakan dua penugasan selama Pandemi Covid-19 ini yaitu dalam respon gempa bumi di Mamuju Sulawesi Barat selama satu bulan dan banjir longsor akibat badai siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur selama tiga minggu,” kata dokter Zee.
Dokter Zee juga menyampaikan tentang prosedur respon yang dijalankan oleh EMT Muhammadiyah dalam kondisi Pandemi Covid-19. “Selama Pandemi Covid-19, saya sampaikan bahwa itu bukan hal yang tidak mudah bagi EMT Muhammadiyah untuk menyiapkan respon bencana baik di level nasional, propinsi maupun daerah. Ada SOP khusus yang kami siapkan untuk menerjunkan personil EMT Muhammadiyah secara aman,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dokter Zee mengungkapkan bahwa pihaknya memastikan bahwa setiap personil EMT Muhammadiyah yang akan diterjunkan tidak punya penyakit penyerta (komorbid), juga dipastikan tidak sedang dalam terapi karena penyakit tertentu, menjalani tes Covid-19 sebelum dan sesudah penugasan, harus menyertakan surat keterangan sehat dan bebas Covid-19.
Selain itu para personil EMT dibekali dengan logistik tambahan terkait pencegahan Covid-19. “Para personil EMT Muhammadiyah yang akan bertugas harus membawa masker, hand sanitizer dan disinfektan yang cukup. Termasuk juga APD level 1 sampai 3, tenda tambahan untuk tinggal, fasilitas dan personil untuk dekontaminasi serta SOP khusus untuk penanganan sampah medis dan APD,” imbuhnya.
EMT Muhammadiyah, menurut dokter Zee juga menerapkan prosedur khusus dalam pelayanan selama Pandemi Covid-19. “Kami menerapkan protokol kesehatan ketat selama layanan baik bagi personil maupun pasien yang dilayani, memodifikasi tenda layanan agar cukup ventilasi dan sirkulasi udaranya, membatasi jumlah pendamping, mewajibkan pemakaian masker bagi pasien dan pendamping, melakukan skrining harian bagi personil yang bertugas dan penyemprotan disinfektan tenda pelayanan,” ujarnya.
Dokter Zee juga menyampaikan tantangan yang dihadapi yaitu menghadapi bencana multihazard, risiko paparan Covid-19 yang tinggi, persiapan yang lebih kompleks, keharusan untuk assesment seluruh aspek pelayanan terkait Covid-19. “Meski demikian, saya sampaikan pengalaman tersebut sangat berharga bagi EMT Muhammadiyah yaitu meningkatkan kapasitas personil dan standar fasilitas serta logistik, koordinasi dan kolaborasi dengan lembaga lain jadi lebih mudah dan terorganisir serta yang utama, EMT Muhammadiyah jadi lebih terorganisir,” pungkasnya. (Tim Media MDMC)