24.2 C
Jakarta

Era New Normal, Pelaku Industri Wisata di Bulukumba Perlu Pendampingan

Baca Juga:

BULUKUMBA, MENARA62.COM – Masalah kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan hidup (CHSE) belum banyak mendapat perhatian dari para pelaku bisnis wisata di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dalam pelayanan kepada para wisawatan. Hal tersebut mengemuka pada diskusi bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gerakan Sadar Wisata: Adaptasi Kebiasaan Baru dan Pengembangan Potensi Produk Wisata di Kabupaten Bulukumba yang digelar di hotel Agri, Senin (26/10/2020).

Karena itu, para pelaku bisnis wisata di wilayah tersebut perlu mendapatkan pendampingan intensif dari para ahli, kaum akademisi dan instansi yang berwenang. Sebab penerapan CHSE yang baik akan membuat wisatawan menjadi lebih nyaman dan senang. Imbasnya, tentu angka kunjungan wisatawan meningkat.

“Penting untuk memperhatikan hal-hal terkait kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan hidup pada bisnis yang berhubungan dengan industri wisata. Ini menjadi salah satu indikator pelayanan prima terhadap wisatawan,” kata Dr. Susetya Herawati, Training of Master Trainers (ToMT) dosen pendamping Desa Wisata yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Krisna Dwipayana.

Dalam kesempatan tersebut Susetya Herawati yang akrab disapa Hera mengutip pandangan Anthony Robbins, seorang pengusaha sukses asal Amerika Serikat. Bahwa bukan peristiwa atau kejadian yang akan menentukan akan menjadi apa kita hari ini dan esok, tetapi makna yang kita berikan terhadap kejadian /peristiwa yang kita alami.

Dr. Susetya Herawati, dosen pendamping Desa Wisata yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Krisna Dwipayana berpose di salah satu destinasi wisata di Bulukumba (ist)

Diskusi yang digelar dalam rangka penguatan sumber daya manusia (SDM) pariwisata yang yang diinisiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan SDM, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan tersebut selain membahas CHSE juga menyoroti tentang pelayanan prima, eksploring, packaging dan presentation. Aspek-aspek tersebut perlu terus dibenahi agar industri pariwisata di Bulukumba menjadi lebih maju.

Hadir dalam acara tersebut  Plt Direktur Pengembangan SDM, Reza Rahmana Kolaka , ST,  Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten BuluKumba Muh. Ali Saleng, SH, M.Si, Anggota DPR RI  Komisi X, Drs. H. Andi Muawiyah Ramly, M.Si dan 75 orang pengelola Desa Wisata. Diskusi dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat guna menghindari penularan Covid-19.

Sejumlah narasumber memberikan penekanan terkait penguatan wawasan sumber daya manusia pariwisata. Bahwa manusia pariwisata merupakan tujuan utama dari kapasitas manusia, dan merupakan sumber daya yang paling penting. Penempatan manusia pariwisata sebagai subyek bermakna menempatkan pada pentingnya pemberdayaan manusia pariwisata, yaitu kemampuan dalam mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki oleh manusia pariwisata sesuai dengan program yang saat ini sedang dijalankan dalam rangka beradaptasi kebiasaan baru sebagai upaya menyiapkan diri pasca terjadinya pandemic Covid -19. Adaptasi kebiasaan baru ini kemudian diikuti dengan pengembangan potensi produk desa wisata.

Dari hasil diskusi dan presentasi setiap kelompok yang hadir, terlihat bahwa Pokdarwis di Bulukumba yang mayoritas adalah ibu -ibu dan generasi muda, umumnya sudah sangat memahami pentingnya sadar wisata di daerahnya. Pemahaman ini menjadi bentuk partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di kabupaten Bulukumba.

Namun demikian mereka masih membutuhkan semangat dan motivasi yang terus menerus untuk mengingatkan kepada para pelaku bisnis wisata terkait pentingnya menerapkan CHSE sebagai bagian dari menjaga pelayanan prima bagi wisatawan. Selain itu, peserta juga membutuhkan pendampingan untuk eksploring dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat.

Dalam sesi presentasi tiap-tiap kelompok, dapat disimpulkan bahwa Pokdarwis di Bulukumba, penuh dengan kreativitas, inovasi dan solutif dalam menyampaikan potensi lokal yang dimiliki untuk menjadi daya tarik wisatawan, dan untuk menumbuhkan ekonomi kreatif bagi masyarakat desa. Persoalannya terletak pada pengemasan terhadap networking melalui kolaborasi kemitraan. Di sini diperlukan kegiatan terintegrasi dengan mengundang stakeholder lainnya sehingga akan terjadi kesepakatan -kesepakatan bersama untuk saling mendukung kemajuan desa wisata pada daerahnya.

Dan sebagai kesimpulan dari hasil diskusi adalah, dibutuhkannya pendampingan berkelanjutan, untuk terus memberikan kebaruan dalam informasi, bertukar pikiran melalui pembimbingan yang baik dan membangun networking antara stakeholder untuk menumbuhkan iklim pembangunan desa wisata berkelanjutan melalui partisipasi dan pemberdayan masyarakat sekitarnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!