JAKARTA, MENARA62.COM — Limbah batu bara Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) semakin menjadi tumpuan untuk mendukung pengembangan industri. Bahkan FABA bisa digunakan untuk bahan baku industri berat, misalnya di sektor pertahanan.
Demikian diungkapkan Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), Wiluyo Kusdwiharto pada Webinar Forum PWI Jaya Series “Mengoptimalkan Manfaat FABA untuk Pembangunan Ekonomi,” Jumat (9/4/2021). “FABA tak hanya untuk dijadikan bahan paving-block atau batako, tetapi juga dapat digunakan untuk industri-industri berat seperti bandara, atau konstruksi lainnya,” kata Wiluyo Kusdwiharto.
Webinar ini dihadiri Ketua PWI Pusat, Atal Sembiring Depari untuk memberikan sambutan. Juga Ketua PWI Jaya Sayid Iskandarsyah dan Irmanto, Wakil Ketua Bidang Kesra PWI Jaya yang juga ketua panitia kegiatan Forum PWI Jaya Series ini.
Selain Wiluyo, webinar ini juga menghadir empat pembicara yaitu Sri Andini, Komisaris Utama PT Bukit Pembangkit Inovative; Dr Eng Januarti Jaya Ekaputri, ST, MT, Dosen ITS, peneliti pemanfaatan FABA untuk infrastruktur; Dr Ir Nani Hendiarti, MSc, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Kemaritiman dan Investasi; serta Prof Dr Ir H Fachrurrozie Sjarkowi, MSc, Guru Besar Akademisi Masalah Lingkungan Hidup Universitas Sriwijaya. Diskusi dipandu Brigita Manohara, presenter TvOne.
Lebih lanjut Wiluyo Kusdwiharto mengatakan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia mengapresiasi dukungan jajaran PWI atas legalitas yang didapat FABA sebagai limbah yang tidak beracun. Hal itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mengeluarkan limbah batu bara dari kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Sedang Sri Andini menegaskan, tidak ada satupun negara di dunia yang mengkategorikan FABA sebagai limbah B3 namun sebagai limbah saja. FABA di negara lain, kata Sri Andini, telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Sejauh ini, jelas Sri Andini, pihaknya sudah melakukan uji laboratorium untuk melihat kandungan material yang ada dalam FABA. Melakukan pemilihan pemanfaatan yaitu sebagai bahan baku pembuatan semen, pembuatan batako, penurunan air asam tambang di PTBA, penggunaan sebagai material pengeras jalan dan pembuatan gipsum.
Saat ini baru dua metode pemanfaatan yang dijalankan yaitu sebagai bahan baku semen baturaja dan pembuatan batako (mesin dan peralatan sudah ada di lokasi).
Bahkan, kata Sri Andini, pemanfaatan FABA untuk campuran beton bisa menghemat anggaran infrastruktur sebesar Rp 4,3 triliun.