AMBON, MENARA62.COM – Amirsyah Tambunan sekjen MUI mengukuhkan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku (2024-2029) di Aula Al Fatah Kota Ambon (16/4/25).
Dalam tausiyahnya Ia mengajak semua pihak agar berkontribusi memahami dan menyelesaikan masalah yang tengah di hadapi dunia. Masalah geopolitik global memberikan pengaruh terhadap geopolitik nasional dan regional.
Karena itu buya Amirsyah panggilan akrab mengajak agar semua pihak, tanpa kecuali menjadi bagian dari penyelesaian masalah (problem solver), bukan justru membuat masalah (problem maker).
Misalnya terkait pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku 6,5 % seperti kata Sekretaris Daerah Dr. Sadeli, mengharapkan agar dapat di tingkatkan sehingga masyarakat dapat terus menikmati bersama potensi kekayaan alam.
Jadi kekayaan alam hasil tambang, ikan memberikan nilai tambah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu kata buya Amirsyah, para ulama yang berhimpun di MUI sebagai penaris nabi (warastul anbiya’) harus terus berkiprah menjadi pelayan masyarakat (khodimul ummah) bersama ormas NU, Muhammadiyah, Matla’ul Anwar, dll melalui pendidikan, dakwah, kegiatan sosial lainnya.
Ciri Ulama harus takut kepada kepada Allah, ketika umat dan bangsanya mengalami kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Sabda Rasullah SAW, Kemiskinan dekat kepada kekafiran (kadal fakru ayyakunal kufran).
Jadi Ulama, cendekiawan yang di berikan kelebihan ilmu harus mampu menyelesaikan problem kemiskinan baik kemiskinan ekonomi maupun kemiskinan iman. Kemiskinan tersebut harus menjadi bagian dari musuh bersama dalam memuliakan kehidupan umat.
Kekayaan alam Indonesia yang di kuasai negara harus dimanfaatkan untuk mengatasi kemiskinan menjadi kesejahteraan untuk rakyat. Dalam mengatasi kemiskinan, kebodohan bahkan ke gelapan, hanya dapat di atasi melalui Ilmu sebagai cahaya (al-ilmu nur).
Ulama dan umaro’ bersama Cendekiawan harus menjadi penerang dalam mengantisipasi kegelapan.
Bagi sebagaian orang atau kelompok yang merasakan tidak ada kegelapan, karena ia harus menyadari bahwa dirinya lah yang gelap karena ia belum mampu menjadikan ilmu sebagai cahaya. Sabda Rasulullah SAW :
Ada dua sebab kerusakan umatku nanti, meninggalkan ilmu dan menumpuk harta kekayaan (Halaka ummaty fi sai’ain, terokal ilmi wa jam’il maal). Untuk itu mari kita menjadi ilmu sebagai cahaya agar mampu mengatasi kegelapan baik di dunia maupun di akhirat.
Sejalan dengan firman Allah QS. Akhirat lebih baik dari pada dunia (walal akhiratu khoirul laka minal ula). Para tokoh masing-masing agama harus menjadi penerang mengajak umatnya mengejar akhirat, bukan mengejar dunia, namun jangan lupakan kehidupan dunia (al-qasas 77).
Sebab kalau kita mengejar dunia akan lupa akhirat. Betapa mulianya hidup kita yang menjadi penerangan agar terus beramal untuk akhirat dengan cara berbuat baik kepada Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada manusia dan jangan berbuat kerusakan melalui pikiran dan hati yang gelap pungkasnya.