31.1 C
Jakarta

Fadli Zon : Museum Bukan Hanya Tempat Menyimpan Artefak Masa Lalu

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Menteri Kebudayaan, Dr Fadli Zon, MSc menegaskan museum bukan hanya tempat menyimpan artefak masa lalu. Tetapi hal yang paling penting dari museum adalah bagaimana menghidupkan narasi artefak dan bisa menjembatani untuk menginspirasi generasi yang akan datang.

Fadli Zon mengungkapkan hal tersebut saat meresmikan Ruang Pamer Museum Muhammadiyah, Zona Muhammadiyah untuk Indonesia di lingkungan Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin (3/2/2025). Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti.

Lebih lanjut Fadli Zon mengatakan Yogyakarta merupakan ibukota kebudayaan. Sebab di Yogyakarta ada 42 museum dan jumlah tersebut 10 persen dari seluruh museum di Indonesia yang jumlahnya sekitar 500-an.

“Ini tentu saja Muhammadiyah sangat tepat memiliki museum yang berada di Kota Yogyakarta karena tumbuh dan berkembangnya organisasi Muhammadiyah. Sehingga Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan Yogyakarta,” kata Fadli Zon.

Menurut Fadli Zon, berdasarkan amanah Konstitusi UUD 1945 pasal 32, ayat 1 yang berbunyi Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia. Berdasarkan ayat ini negara menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan budayanya masing-masing.

“Saya sudah keliling ke 100 negara, tidak ada kekayaan budaya yang lebih hebat dari kekayaan budaya Indonesia. Itu nyata. Saya datangi museum-museum di berbagai negara, ternyata kitalah paling kaya. Ini mega diversity,” katanya.

Sedang Prof Dr Muchlas MT, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MI) PP Muhammadiyah Periode 2022-2027 mengatakan Museum Muhammadiyah telah memasuki tahun ke tiga operasionalnya. Museum ini dibuka Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Prof Dr Muhadjir Effendy sekalu Menko PMK, pada 14 November 2022.

Museum ini, kata Muchlas, menjadi salah satu museum terbesar di Yogyakarta dengan keberhasilan kenaikan kunjungan dan pengembangan yang dilakukan terus menurus. Terhitung per 2025 ini 100.669 (seratus ribu enam ratus enam puluh sembilan) pengunjung, dengan rata-tata 3000 (tiga ribu) pengunjung per bulannya.

Pertumbuhan jumlah koleksi yang kini telah berjumlah 2.812 (dua ribu delapan ratus dua belas) juga terus naik secara signifikan bersamaan dengan terus meningkatnya kesadaran sejarah dari masyarakat pada umum nya dan warga persyarikatan pada khususnya. “Sebagai langkah pengembangan, Museum Muhammadiyah telah terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi perhimpunan museum, serta aktif menjalin kerjasama dengan dinas kebudayaan baik tingkat provinsi maupun kabupaten,” kata Muchlas yang juga Rektor UAD ini.

Penandatangan prasasti. (foto : Humas UAD)
Penandatangan prasasti. (foto : Humas UAD)

Muchlas menjelaskan dua ruang pamer baru yang diresmikan Menteri Kebudayaan adalah ruangan Muhammadiyah untuk Indonesia dan Persebaran Muhammadiyah. Proses pembangunan dua ruangan ini merupakan akumulasi pekerjaan yang panjang untuk menggambarkan bagaimana Muhammadiyah sejak awal berdirinya hingga hari ini terus berkontribusi bagi tumbuhnya bangsa Indonesia hingga masa depan nanti dengan mengawal cita-cita nya berlandaskan pada tujuan yaitu untuk baldatun toyyibatun warobbun ghofur yaitu negeri yang aman makmur dalam lindungan rahmat tuhan.

Museum Muhammadiyah, tambah Muchlas, kini terdiri dari enam lantai terbagi dalam delapan zona. Kedelapan zona adalah Zona Pengkondisian, Zona Pembawa Cahaya, Zona Berdirinya Muhammadiyah, Zona Pilar Gerakan, Zona Revolusi dan Negara Merdeka, Zona Organisasi Otonom, Zona Muhammadiyah Untuk Indonesia, Zona Persebaran Muhammadiyah, dan Ruang Audio Visual.

“Pencapaian besar ini merupakan buah dari kerja keras seluruh pihak yaitu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan tentunya Universitas Ahmad Dahlan yang menetapkan komitmennya dalam mengelola museum ini dengan segenap tekat dan sumber daya yang ada. Sehingga amanat dari pemerintah dapat dipastikan kemanfaatannya secara amanah dan berkelanjutan, sebagaimana sikap Muhammadiyah,” kata Muchlas.

Sementara Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr H Haedar Nashir, MSi mengatakan museum juga menyimpan living value. Budaya merupakan modal untuk kemajuan Indonesia ke depan. Tetapi bangsa Indonesia seakan-akan kurang awareness terhadap kebudayaan, baik dalam memahami budaya maupun memiliki kesadaran sejarahnya.

“Ada tiga pilar value yang membuat bangsa Indonesia kokoh hari ini dan ke depan. Pertama, agama yang merupakan denyut nadi bangsa kita. Apa pun agamanya. Kedua, kebudayaan. Apa pun konstruksi budayanya. Ketiga, Pancasila,” kata Haedar. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!