JOMBANG, MENARA62.COM – Mau tahu bocoran film Jejak Langkah 2 Ulama? Film yang masih dalam proses editing ini mengisahkan tentang sosok dua tokoh Islam Indonesia, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Kelak, pemutarannya tidak akan di bioskop, tapi nantikan di pondok-pondok pesantren atau lembaga-lembaga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Menara62.com mendapat tulisan yang mengulas bocoran isi cerita film Jejak Langkah 2 Ulama tersebut pada laman Jatimplus.id. Disebutkan bahwa film hasil kolaborasi unsur Muhammadiyah dengan NU yang diwakili Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur (Jatim), itu memiliki misi meluruskan posisi KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari yang selama ini dibelokkan, seolah-olah keduanya berseberangan dan berbenturan.
Kiai Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Muhammadiyah pada 1912. Pada 14 tahun kemudian, Kiai Hasyim mendirikan NU (1926). Salah satu poin utama hadirnya film Jejak Langkah 2 Ulama adalah memperkuat persamaan keduanya yang pernah mengangsu ilmu kepada Kiai Shaleh Darat, di Semarang, Jawa Tengah.
“Itulah kita cari persamaan KH M Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, biar bisa jadi contoh,“ ujar Wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz.
Saat nyantri kepada Kiai Sholeh, Ahmad Dahlan masih berusia 16 tahun, sementara Hasyim Asy’ari 14 tahun. Dari mata air pengetahuan yang sama, dua pemuda yang terkenal cerdas itu menyerap pelajaran ilmu fiqih, tasawuf, dan berbagai macam ilmu agama lainnya.
Soal kemudian basis umat keduanya berbeda – Muhammadiyah di perkotaan dan NU di pedesaan — itu hanya masalah pembagian peran.
Maka, menurut Abdul Hakim, film garapan bersama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dengan Ponpes Tebuireng yang berhaluan NU, itu berupaya mengembalikan kisah historis pada tempatnya semula.
Film itu juga sekaligus menegasikan upaya sekelompok kecil dan individu yang selama ini berusaha membelokkan dengan menempatkan kedua tokoh (Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim) seolah olah berseberangan.
Padahal perbedaan amaliyah pengikut Muhammadiyah dan NU yang terus dibesar besarkan itu sebenarnya bersifat furukiyah (hal kecil).
“Ini untuk syiar kita, barangkali selama ini syiar-syiar datang dari mereka. Kita coba untuk menghadirkan kembali bagaimana kehidupan ulama zaman dahulu itu banyak yang dibelokkan kita coba luruskan,“ terang Abdul Hakim yang akrab dipanggil Gus Kikin.
Film Jejak Langkah 2 Ulama mengambil lokasi syuting di empat tempat, Yogjakarta, Jombang, Kediri, dan Bangkalan. Film ini tidak melibatkan aktor dan aktris terkenal. Para pemain sepenuhnya berasal dari kader Muhammadiyah dan NU, termasuk santri, yang sebelumnya melalui proses casting.
Saat ini, menurut Jatimplus.id, penggarapan sudah memasuki proses editing. Rencananya, pemutaran film Jejak Langkah 2 Ulama tidak dilakukan di gedung bioskop. Tim manajemen bersepakat memutar film secara marathon dari satu pesantren ke pesantren, madrasah, dan organisasi di bawah naungan NU dan Muhammadiyah.
Khusus pemutaran di pesantren, tim sudah berkomunikasi dengan pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah). Berencana juga meminta bantuan PBNU, terutama terkait pelibatan Rabithah Ma’ahid Al-Islamiyah (RMI) selaku bagian organisasi NU yang mengurusi pesantren.
Sesuai data RMI, Indonesia memiliki 29 ribu lebih pondok pesantren dengan lebih 5 juta santri, serta 90 juta komunitas santri. “Kalau kita bicara tentang pesantren, lebih pas bicara dengan PBNU karena lebih banyak tahu, sehingga bisa bantu melakukan sosialisasi,” kata Gus Kikin.