26.8 C
Jakarta

Selain dari Nikel, Baterai Lithium untuk Kendaraan Listrik Bisa Dibuat dari Garam

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Seiring kampanye penggunaan kendaraan listrik, Indonesia akan membutuhkan baterai lithium dalam jumlah besar. Karena itu Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mendorong produksi baterai lithium tidak hanya dari nikel, namun juga dari garam.

“Motor listrik itu perlu baterai. Baterainya itu sekarang lithium dan kabar baiknya adalah baterai lithium itu bisa dibuat di Indonesia, karena memang ada komponennya,” ungkap Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro saat Bincang-bincang Arah Kebijakan Riset dan Inovasi dengan Memanfaatkan Pendanaan Mitigasi Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh Pangudi Luhur Alumni Club (PLAC) di SMA Pangudi Luhur, Jakarta pada Rabu (6/11) malam. Selain sebagai Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro hadir sebagai alumni SMA Pangudi Luhur.

Terkait produksi baterai lithium dengan bahan baku nikel, saat ini lanjut Bambang, pemerintah sudah mengizinkan pendirian pabrik baterai PT QMB New Energy Materials di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah. Pabrik hasil kerja sama Indonesia, Jepang, dan China ini akan mengolah nikel menjadi baterai yang siap dipakai oleh berbagai jenis kendaraan listrik.

“Komponen pertama yang bisa jadi baterai lithium, yang memang sudah siap secara teknologi itu dari unsur nikel. Di Morowali sudah dibangun pabrik baterai lithium. Mudah-mudahan bisa menjadi tulang punggung dari baterai lithium untuk motor listrik atau mobil listrik kita di masa depan,” harap Bambang Brodjonegoro.

Menristek/Kepala BRIN mengaku optimis Indonesia dapat memproduksi baterai lithium dari nikel, namun ada satu inovasi pembuatan baterai lithium yang sudah dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Inovasi ini dapat memproduksi baterai lithium secara lebih terjangkau.

“Yang menarik dari ITS, mereka bisa mengembangkan baterai lithium dari “sisanya garam”. Jadi garam di Madura setelah unsurnya diambil menjadi garam (konsumsi). Sisanya bisa jadi baterai lithium,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Menteri Bambang mendukung pengembangan oleh ITS karena produksi baterai lithium dari garam ini menggunakan bahan dari proses produksi garam yang selama ini dibuang.

“Tidak ada waste (sisa produksi), tapi di satu sisi ini bisa mendorong energi terbarukan. Karena nanti kalau (Indonesia) sudah menuju listrik dan listriknya digerakkan dengan energi terbarukan, akhirnya kita tidak usah khawatir dengan harga baterai yang saat ini dikeluhkan sangat mahal,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Turut hadir dalam kesempatan ini Menteri Pertambangan dan Energi Periode 1978 – 1988 sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Soebroto selaku tokoh yang sangat dihormati alumni SMA Pangudi Luhur. Beberapa alumni SMA Pangudi Luhur yang turut menjadi pembicara dalam kesempatan ini Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Ketua Kamar Dagang dan Industri Rosan Roeslani, Direktur Keuangan Bank Negara Indonesia (BNI) Ario Bimo, Direktur Operasional dan Keuangan Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Mohammad Ghozie Indra Dalel, dan Chief Investment Officer Indonesia Infrastructure Finance (IFF) Harold Tjiptadjaja, serta turut hadir puluhan alumni SMA Pangudi Luhur lainnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!