29.2 C
Jakarta

Foklor Candi Muaro Jambi

Baca Juga:

Penduduk asli Desa Muaro Jambi memiliki cerita lisan terkait Candi Muaro Jambi. Ceritanya mirip dengan kisah rakyat tentang pendirian Candi Prambanan di Yogyakarta.

“Pada zaman dahulu kala hidup seorang pemuda sakti yang memiliki ilmu mistis bernama Tun Talanai. Pada suatu hari Tun Talanai berjalan menyusuri Muaro Jambi untuk mencari gadis cantik yang indah paras serta budi pekertinya. Tanpa disadari Tun Talanai sampai di Desa Muaro Jambi dan bertemu dengan seorang gadis.

Pada saat itu pula Tun Talanai tak mau membuang kesempatan untuk berkenalan dengannya, hingga akhirnya terjadilah perkenalan di antara mereka berdua. Dari perkenalan tersebut, mengantarkan Tun Talanai untuk mempersunting sang gadis yang telah memikat hatinya.

Sang gadispun menerima tawaran tersebut dengan memberikan syarat untuk dibuatkan bangunan Candi yang menjulang tinggi sampai ke langit dalam waktu satu hari dengan batas hari telah fajar. Apabila fajar telah tiba sedangkan candi tersebut belum jadi, maka pernikahan tersebut dibatalkan. Karena cintanya, Tun Talanai menyanggupi permintaan gadis tersebut.

Tun Talanai mengerjakan pembangunan Candi dengan menggunakan kesaktiannya dan bantuan makhluk-makhluk gaib. Pada waktu tengah malam pembangunan candi hampir selesai, sehingga membuat kecemasan gadis tersebut. Akhirnya sang gadis berpikir untuk mendapatkan cara agar Candi tersebut tidak selesai.

Ia lalu menemukan cara bagaimana agar ayam berkokok yang menandakan hari telah fajar. Akhirnya gadis tersebut meminta bantuan ibu-ibu yang ada di Desa Muaro Jambi untuk menumbuk padi di alung. Tidak lama kemudian, ramailah ibu-ibu menumbuk padi dengan suara berisik yang membangunkan ayam tidur sehingga muncullah suara ayam berkokok disana-sini.

Pada saat itu pula sang gadis bergegas menemui Tun Talanai dan setelah melihat bangunan candi tersebut belum selesai, sang gadis menyatakan “hai lelaki yang sakti Tun Talanai, hari telah fajar bunyi kokok suara ayam terdengar dimana-mana, maka sesuai dengan perjanjian bahwa apabila candi tersebut belum selesai ketika fajar maka pernikahan kita batal”.

Mendengar perkataan sang gadis, Tun Talanai merasa sangat kecewa. Namun, Tun Talanai menyadari bahwa permintaan sang gadis dalam perjanjian mereka belum jadi. Akhirnya mereka sepakat untuk membatalkan pernikahan dengan disaksikan masyarakat.

Setelah masyarakat dan gadis pulang Tun Talanai merapi nasibnya di depan bangunan Candi yang belum rampung ia di bangun dalam waktu yang lama. Pada saat itu pula ia menyadari sang fajar yang menjadi batas pembangunan candi belum juga datang, ia perhatikan langit dimana-mana masih gelap gulita. Seketika Tun Talanai menyadari bahwa dirinya telah dipermainkan oleh gadis pujaan hatinya itu. Dengan perasaan kecewa dan kesal Tun Talanai melampiaskannya dengan menendang bangunan Candi tesebut sehingga hancur dan berserakan kemana-mana. Setelah itu Tun Talanai menghilang entah kemana”.

Dari cerita rakyat tersebut itu, warga setempat mengatakan candi Candi Muaro Jambi yang memiliki dimensi yang sama dengan Candi Borobudur, dan sering disebut dalam tumpukan-tumpukan bangunan bata, merupakan candi yang dibangun Tun Talanai. Tapi menariknya, kalau dilihat dari nama ini, merupakan nama Melayu.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!