RASA haru dan bahagia dirasakan oleh Rini, salah satu perwakilan Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) saat menyambangi posko pengungsian di Desa Bungur Mekar, kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (11/1/2020). Perjuangannya bersama kawan-kawan Fortadik selama sepekan terakhir mengumpukan dana bantuan banjir, ditambah perjalanan yang cukup panjang dari Senayan, Jakarta menuju lokasi pengungsian seolah terbayar lunas saat melihat bagaimana wajah anak-anak begitu senang menerima bingkisan peralatan sekolah.
“Bantuan ini mungkin tak seberapa, tetapi melihat wajah-wajah polos mereka, bagaimana anak-anak begitu gembira mendapatkan tas, buku dan alat tulis, rasanya kami menjadi terharu, rasanya bahagia bisa melihat senyum diwajah anak-anak,” katanya.
Ia senang bisa ‘menyumbang’ rasa bahagia kepada anak-anak korban bajir ditengah ketidakberdayaan mereka, hidup di pengungsian dengan segala keterbatasan. Tak bisa bermain, tak bisa tidur nyenyak bahkan tak bisa sekolah.
“Mereka butuh uluran tangan kita, mereka butuh bantuan kita semua,” katanya berulangkali.
Belasan foto yang diambil di lokasi pengungsian dikirimkannya melalui media sosial, seolah menjadi pelengkap segala rasa yang berkecamuk dalam dadanya. Mulai dari foto-foto anak-anak di pengungsian, kondisi posko pengungsian hingga medan berat yang dihadapi para donatur yang akan mengirimkan bantuannya ke posko.
Salah satu foto yang diabadikan adalah wajah Nur, seorang siswa SDN Bungur Mekar saat menerima tas sekolah dari Jose Asmanu, perwakilan Fortadik lainnya. Sukacita anak usia 10 tahun tersebut nyata terlihat di wajahnya ketika menerima tas sekolah berwarna merah. Ia tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak pewarta yang tergabung dalam Fortadik yang menyambanginya di posko pengungsian.
“Terimakasih kakak, tasnya bagus sekali. Aku pasti lebih semangat belajar,” kata Nur, dijumpai di posko pengungsian Desa Bungur Mekar.
Gadis kecil berkulit sawo matang tersebut bercerita banjir yang merendam desanya telah menghanyutkan semua peralatan sekolah termasuk seragam. Baju-baju, juga mainan, semua tak bersisa.
Tak beda dengan Agus, siswa kelas 1 SD Negeri Bungur Mekar. Ia yang siang itu mengenakan kaos gobrang (kebesaran) bercerita tak lagi bisa sekolah karena semua peralatan sekolah dan seragamnya terendam banjir.
“Rusak semua, jadi sampai sekarang belum sekolah karena nggak punya buku, tas, seragam, dan sepatu,” katanya polos.
Saat menerima tas yang diserahkan oleh Jose Asmanu, perwakilan Fortadik, senyumnya langsung merekah. Ia bahkan sempat gugup saat diberondong pertanyaan oleh awak media yang disampaikan setengah bercanda.
“Pokoknya aku senang, besok Senin aku akan datang paling pagi ke sekolah,” lanjut Agus girang. Berulangkali tangannya mendekap tas ransel merah yang baru saja didapatkan.
Nur, Agus dan puluhan anak lainnya terpaksa tinggal di posko pengungsian sejak banjir melanda desa mereka awal Januari lalu. Pengungsian yang terbuat dari terpal, dengan dinding serba darurat menjadi hunian sementara mereka sambil menunggu rumah bisa ditempati lagi.
“Sudah sepekan mereka di posko ini. Pakai baju sumbangan warga, makan dari dapur umum, tidur berhimpit di posko, semua serba darurat sambil menunggu situasi aman untuk kembali ke rumah,” kata Cecep, warga.
Di Desa Bungur Mekar, perwakilan Fortadik diterima oleh pimpinan Posko Muhammad Umar. Ia mengatakan banyak wilayah di Kabupaten Lebak yang sampai saat inisulit dijangkau akibat banjir bandang beberapa waktu lalu. Tanah dan lumpur bercampur menjadi satu, menjadi medan yang cukup sulit yang harus didapati para donatur ketika akan menyerahkan sumbangan.
“Kami sangat menghargai inisiatif para pewarta yang tergabung dalam Fortadik yang sudah dengan susah payah, rela mendatangi posko ini untuk berbagi,” katanya.
Ia berjanji menyalurkan bantuan peralatan sekolah tersebut kepada siswa yang berhak sesuai data yang ada di posko.
“Lebak menjadi salah satu titik tempat kami menyalurkan donasi dengan berbagai pertimbangan. Di antaranya wilayah ini menjadi salah satu wilayah yang parah terkena dampak banjir,” kata Ketua Fortadik, Syarief Oebadillah, yang akrab disapa Oebay, Sabtu (11/1/2020).
Di hari yang sama, perwakilan Fortadik lainnya juga mengunjungi Panti Asuhan Aria Putra di Ciputat, Tangerang Selatan. Bantuan berupa peralatan sekolah diterima langsung oleh anak-anak penghuni panti asuhan dibawah pimpinan H Munadih.
Selain Desa Bungur Mekar dan Panti Asuhan Aria Putra, tim Fortadik juga menyambangi Desa Teluk Naga, Kabupaten Tangerang pada Ahad (12/1/2020). Dipimpin langsung oleh Oebay, kali ini Fortadik membawa 100 stel seragam sekolah dan peralatan lainnya.
Desa Teluk Naga menjadi salah satu desa yang cukup parah terkena banjir akibat luapan Sungai Cisadane. Hingga sepekan, desa tersebut belum bisa dibersihkan dari sisa tanah dan lumpur yang terbawa banjir.
“Sebagian besar warga juga masih tinggal di posko, karena hunian belum aman untuk ditempati kembali,” kata Ny Tia, warga.
Ia berterimakasih atas kepedulian Fortadik yang memberikan sumbangan berupa peralatan sekolah dan seragam sekolah. Karena saat banjir bandang menyerang desa tersebut, semua peralatan sekolah rusak dan kini anak-anak tidak bisa belajar lagi.
Sebagaimana diketahui, Fortadik dalam sepekan terakhir ini menggalang dana bantuan banjir bagi warga di Lebak, Bogor, Tangerang dan Tangerang Selatan. Selain door to door, penggalangan dana dilakukan melalui kanal kitabisa.com.
Sejumlah unit utama di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan pun menitipkan bantuan bagi korban banjir melalui Fortadik. Diantaranya Direktorat SD, Direktorat PAUD, Direktorat SMP dan Direktorat GTK. Mereka menitipkan bantuan mulai dalam bentuk uang, seragam sekolah, buku, peralatan tulis, hingga tas sekolah. Bantuan dalam bentuk uang kemudian dikonversikan berupa barang terutama peralatan sekolah.
“Tentu sebelum kami belanja, terlebih dahulu koordinasi dengan pimpinan wilayah, kepala sekolah, kepala desa atau ketua posko mengenai peralatan sekolah apa yang paling dibutuhkan oleh pengungsi,” kata Oebay.
Penggalangan dana bantuan bagi korban banjir tersebut dilakukan sejak sepekan lalu. Ide ini tercetus setelah sejumlah wartawan turun ke lapangan untuk kepentingan peliputan banjir.