32.1 C
Jakarta

Sambut Hari Kartini 2025, Ketum GWS Giwo Rubianto Beberkan Kemajuan Perempuan Indonesia dalam Berbagai Bidang

Baca Juga:

BOGOR, MENARA62.COM – Peringatan Hari Kartini bukan sekadar memperingati lahirnya sosok RA Kartini sebagai tokoh emansipasi perempuan Indonesia. Lebih dari itu, peringatan Hari Kartini merupakan momen penting untuk mengingat perjuangan panjang dan kontribusi luar biasa perempuan Indonesia dalam pembangunan bangsa.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera (GWS) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd di sela kegiatan halal bi halal anggota Koperasi Daya Karya Wanita yang digelar di Villa Kura, Cisarua, Bogor pada Selasa (15/4/2025).

Giwo menyebutkan RA Kartini bukan satu-satunya pahlawan perempuan nasional. Indonesia saat ini memiliki total 16 pahlawan nasional, 15 lainnya yakni Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Maria Walanda Maramis, Fatmawati, Roehana Koeddoes, Malahayati, Opu Daeng Risaju, Andi Depu, Ratu Kalinyamat, Siti Hartinah, Siti Walidah.

Namun demikian, RA Kartini menjadi ikon yang lebih dikenal luas, salah satunya karena warisan intelektualnya yang terdokumentasikan dalam surat-surat harian yang kemudian dibukukan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Surat-surat tersebut menyuarakan yang memfokuskan akan pentingnya emansipasi perempuan, serta perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan gender. Catatan-catatan ini bahkan disimpan di museum Belanda, menjadi bukti pemikiran Kartini yang melampaui zamannya.

Giwo yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI), dan BPW Indonesia mengakui bahwa RA Kartini menginspirasi gerakan perempuan Indonesia hingga kini. “Di mana kita juga memiliki peringatan ‘Hari Ibu’ setiap 22 Desember sebagai bentuk penghargaan kepada seluruh pejuang perempuan dan para ibu bangsa yang mengorbankan waktu, tenaga, dan jiwa mereka demi masa depan anak-anak dan bangsa,” tegasnya.

Menurut perempuan yang kini menjabat sebagai Vice President International Council of Women (ICW) dan UN Standing Committee International Federation of Business and Professional Women (BPW) tersebut, semangat “Habis Gelap Terbitlah Terang” telah terwujud dalam banyak bentuk. Perempuan Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam berbagai profesi dan bidang ilmu.

Mengutip data statistik 2024, rata-rata pelajar perempuan di Sulawesi Utara menempuh pendidikan selama 9,85 tahun, lebih tinggi dari laki-laki yang 9,7 tahun. Di Sumatra Barat, perempuan juga lebih tinggi, yakni 9,3 tahun dibanding laki-laki 9,2 tahun. Artinya, perempuan kini tidak hanya memiliki akses pendidikan yang setara, tetapi juga menunjukkan capaian yang nyata.

Kontribusi perempuan juga sangat kuat di bidang ekonomi. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM, dari 65 juta UMKM di Indonesia, sekitar 64 juta merupakan usaha mikro, dan dari jumlah itu, 60% dikelola oleh perempuan. “Ini menunjukkan betapa perempuan menjadi tulang punggung perekonomian rakyat,” lanjut Giwo.

Dalam sektor pendidikan, data Kemendikbudristek mencatat bahwa 70% guru di Indonesia adalah perempuan. Artinya, perempuan turut berperan besar dalam membentuk karakter dan masa depan generasi bangsa.

Meski demikian, kata Giwo, perjuangan hak-hak perempuan belum selesai. Sebab hingga kini di ruang publik dan dunia kerja, masih ada pandangan yang meremehkan kemampuan perempuan. Padahal, perempuan adalah sosok multitalenta, mampu menjalankan banyak peran sekaligus dengan profesionalisme dan ketangguhan.

Bahkan, secara psikologis dan neurologis, perempuan lebih komunikatif, data menunjukkan bahwa rata-rata perempuan menggunakan 6.000 hingga 8.000 kata per hari, sedangkan laki-laki hanya sekitar 2.000 hingga 4.000 kata. Ini menunjukkan kekuatan komunikasi dan empati perempuan yang menjadi modal penting dalam kepemimpinan, pendidikan, dan membangun relasi sosial.

Ia berharap ke depan, perempuan Indonesia semakin berani bermimpi, mengambil peran, dan menjadi pemimpin dalam setiap lini kehidupan. “Jadilah perempuan yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga mengeksekusi; tidak hanya bertanya, tetapi juga menjawab tantangan zaman. Perempuan Indonesia harus terus berjalan, menembus batas-batas lama, dan menciptakan ruang-ruang baru yang setara, inklusif, dan penuh harapan. Karena masa depan bangsa ini juga ditentukan oleh langkah perempuan hari ini,” tutup Giwo.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!