JAKARTA, MENARA62.COM – Semua perempuan mempunyai kesempatan untuk bisa berdaya dalam sektor ekonomi, sesuai dengan passion dan kondisinya. Terbukti saat badai pandemi menerjang negeri ini, banyak perempuan yang kemudian mengambil alih sebagai tulang punggung keluarga dengan berbagai alasan, mulai disebabkan suami terkena PHK hingga suami meninggal akibat Covid-19.
Peluang menjadi seorang pengusaha pun terbuka sangat lebar bagi perempuan. Hanya saja, apakah peluang itu akan dimanfaatkan atau tidak, semua berpulang pada pilihan masing-masing perempuan.
Menurut Nina Nugroho, founder Gerakan #akuberdaya, pilihan ada di tangan perempuan. Namun jika ingin menjadi pengusaha, hal yang perlu dilakukan adalah apakah ingin berdiri sendiri (mandiri) atau berkolaborasi dengan pihak lain alias menjadi rania pasok.
“Ibu yang menentukan, apakah mau menjadi pengusaha atau menjadi bagian dari rantai pasok, semua tergantung passion,” jelas Nina dalam Webinar Spesial Hari Ibu bertajuk “Melejitkan Keberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Ekonomi” yang digelar Evapora dan Gerakan #akuberdaya, Jumat (23/12/2022).
Saat ini ada banyak bisnis yang memberikan peluang perempuan menjadi rantai pasok, sebagai dropshipper atau distributor. Model bisnis ini tetap memberikan peluang bagi perempuan untuk mendapatkan penghasilan.
Nina mengingatkan apapun jenis dan cara berbisnis yang dilakukan perempuan, kuncinya adalah memiliki komitmen dan daya juang untuk menjalankannya. “Ia juga harus bertanggung jawab dengan pilihan yang telah diambil. Ingat, apa yang kita lakukan bukan hanya demi kepentingan diri sendiri tapi untuk orang lain dan masyarakat, terutama untuk keluarga,” tambah CEO PT Nina Nugroho International tersebut.
Nina berharap perempuan tidak mudah menyerah dalam melejitkan potensi diri. Karena semua perempuan pada hakikatnya berdaya, terlebih untuk melakukan sesuatu yang luar biasa bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
“Kita bisa sama-sama mendobrak mentalitas (yang kurang baik) sebagai perempuan, yakinlah bahwa kita bisa melakukan apa pun, bahwa kita mampu. Jangan biarkan stigma dan budaya di sekitar membatasi keberdayaan kita,” katanya.
Nina juga mengingatkan bahwa sesungguhnya perempuan sudah ditinggikan derajatnya oleh agama (Islam). “Tak perlu menyejajarkan diri dengan siapa pun, posisi kita sudah tinggi (mulia). Jangan lupa untuk menaikkan kapasitas diri kita sehingga apa pun yang kita lakukan dapat menjadi ladang amal, dan pada akhirnya bisa kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Mahaesa,” tegas Nina.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan dalam kapasitasnya sebagai ibu adalah agen perubahan yang bisa menggerakkan keluarga, lingkungan, dan bangsa. “Semangat itulah yang harus ditularkan kepada anak, terutama kepada anak perempuan, agar dia paham bahwa dia berdaya untuk maju,” jelas Giwo.
Untuk menjadi perempuan yang berdaya, filosofi kura-kura bisa menjadi inspirasi bagi para perempuan. Dimana kura-kura merupakan binatang yang selalu konsisten untuk terus maju meski kadang langkahnya lambat. “Kura-kura tidak pernah mundur, sekali jalan ia akan terus maju. Dan sekali menggigit, kura-kura tidak akan melepaskannya,” kata Giwo.
Ia berkisah bagaimana menjalani peran sebagai Dalam menjalani hidup, baik dalam kehidupan keluarga, organisasi, maupun bisnis, saya selalu berpegang pada filosofi kura-kura, yaitu bagaimana menjadi sosok manusia yang konsisten, berkomitmen untuk bergerak maju, dan tidak bisa dihambat oleh apa pun. Kura-kura tidak pernah mundur, meski lambat tapi terus berjalan maju. Sekali menggigit, tidak akan pernah dilepaskan. Itu filosofi dari tekad dan upaya untuk meraih cita-cita,” ungkap Giwo.
Menurut Ibu Giwo, setiap manusia pasti mengalami proses pencarian jati diri yang menjadi tahap paling krusial dalam kehidupan manusia. Dan proses yang berjalan dari waktu ke waktu itu menjadikan setiap orang mengenal dirinya dengan makin baik.
“Kita harus menyadari bahwa dalam meraih kesuksesan dalam hidup tidak ada yang instan, tidak ada yang mudah, dan semua penuh tantangan,” jelas Giwo.
Pentingnya Kolaborasi
Sementara itu, Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Kementerian Koperasi dan UKM Destry Anna Sari. Ia mengatakan bahwa untuk menjadi wirausaha, perempuan tidak harus menjadi pengusaha yang memproduksi sendiri produknya dari hulu hingga hilir.
“Setelah hantaman pandemi selama dua tahun lebih, kita menyadari pentingnya kolaborasi sebagai kunci keberhasilan dalam menjalankan usaha,” jelasnya.
Jika kondisi sehari-hari kurang memungkinkan perempuan untuk mencurahkan waktu dan tenaga sebagai wirausaha, seorang perempuan bisa mengambil posisi dalam rantai pasok industri. “Apalagi saat ini pemerintah sangat mendukung rantai pasok yang berkelanjutan,” tambahnya.
Senada juga disampaikan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin. Ia menceritakan tentang pengalaman KemenPPPA melakukan intervensi di tingkat desa.
“Kami ingin menjadikan desa-desa di Indonesia ramah perempuan dan peduli anak. Salah satu ukurannya adalah makin banyaknya wirausaha perempuan pada tingkat desa. Kami fokus pada sejumlah desa dengan kriteria tertentu, misalnya desa dengan kepala desa perempuan atau adanya pimpinan daerah perempuan. Di sana kami ingin mengetahui apakah perempuan (yang menjadi pemimpin) itu memberdayakan perempuan lain,” ungkap Lenny.
KemenPPPA melakukan asesmen singkat terkait passion para perempuan di desa sebagai dasar pelatihan yang akan diberikan. Lenny mencontohkan ada 100 perempuan di sebuah desa yang akhirnya memilih kuliner dan wastra sebagai aktivitas ekonomi mereka.