JAKARTA, MENARA62.COM – Ingin memberikan gambaran yang nyata tentang pendidikan masyarakat di wilayah Indonesia Timur, Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar akan menggelar Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia. Kegiatan yang berlangsung 24-26 September 2022 di gedung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut menyuguhkan 62 paper atau insight yang dihasilkan oleh para pengajar yang yang tergabung dalam program Gerakan Indonesia Mengajar sejak 2010.
“Sebanyak 62 paper atau insight ini dalam berbagai bentuk. Ada bentuk pantun, video, foto dan tulisan. Kami mengakurasi dari sekian banyak kisah yang berhasil direkam oleh para pengajar di wilayah Indonesia timur,” kata Hikmat Hardono, Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, Selasa (20/9/2022).
Diakui Hikmat, selama 12 tahun menjalankan misinya, Gerakan Indonesia Mengajar telah berhasil menghimpun kisah-kisah inspiratif dari para tenaga pengajar yang diterjunkan ke tengah masyarakat. Kisah-kisah tersebut banyak yang tidak diketahui oleh masyarakat luas.
Melalui Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia, Hikmat ingin menghadirkan cerita tentang Indonesia timur dalam bingkai yag berbeda. “Melalui kegiatan ini kami menampik asumsi sekaligus memberikan solusi atas situasi pendidikan dan wilayah Indonesia timur,” tegasnya.
Gerakan Indonesia Mengajar sudah digelar sejak 2010. Hingga kini sudah 1.155 pengajar muda yang diterjunkan ke 38 kabupaten di Indonesia yang terbagi dalam 23 angkatan. Mereka berada di lokasi tugas selama 12 bulan untuk mendampingi warga setempat belajar.
“Saat ini yang dalam penugasan angkatan 22 dan angkatan 23. Lalu kami sedang merekrut angkatan 24 untuk ditugaskan tahun depan,” lanjutnya.
Iffah Sulistyawati, salah seorang peserta Gerakan Indonesia Mengajar yang mendapatkan penugasan di Kabupaten Maybrat Papua mengatakan senang bisa terlibat langsung pada proses belajar anak-anak di Maybrat. Meski awalnya sempat cemas karena Maybrat banyak diberitakan sering ada kerusuhan, namun nyatanya ia mendapati masyarakat setempat sangat ramah.
“Saya menangkap keramahan dan kegembiraan mereka apalagi anak-anak terhadap guru-guru dari Jawa. Mereka ingin belajar supaya bisa maju seperti orang-orang di Pulau Jawa,” kata Iffah, lulusan ITB.
Ia juga mendapati bahwa masyarakat di Maybrat tidaklah terbelakang seperti halnya dipikirkan oleh banyak orang. Pengetahuan mereka yang didukung teknologi internert sudah cukup bagus. “Anak-anak sudah terbiasa mengakses Youtube,” tambahnya.
Hanya saja, teknologi internet yang sudah sedemikian maju, ternyata belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan oleh warga setempat karena kurang paham. “Jadi ada telepon seluler canggih pun, fitur yang dimanfaatkan masih terbatas,” tegasnya.
Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia dikemas dalam sajian berbagai ruang untuk wahana interaksi dan diskusi. Menghadirkan berbagai pembicara secara langsung yang mengalami dan menyelami bagaimana sesungguhnya pendidikan kita di Timur Indonesia.
Para pembicara akan menuturkan fakta-fakta , membagikan potret-potret perjuangan di daerah, mengajak seluruh peserta untuk bersama-sama menyelami realita.
Konferensi ini akan menyajikan ruang-ruang diskusi dan melihat lebih dekat tentang pendidikan di Timur melalui ruang kebijakan, ruang budaya dan pendidikan, ruang dampak berkelanjutan, ruang inisiatif dan ruang interaksi. Selain berdiskusi dan bertemu langsung dengan penggerak pendidikan, konferensi ini juga menghadirkan pesta dansa untuk merasakan budaya dan tradisi masyarakat Timur Indonesia.
Ratusan orang dari berbagai elemen mulai dari masyarakat Timur Indonesia, para penggerak pendidikan, pemerintah daerah dan pusat, NGO, media, akademisi hingga peneliti akan hadir dalam konferensi tersebut. Diharapkan kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut dapat mematahkan mitos dan berbagai asumsi yang salah terkait pendidikan di Timur Indonesia.