JAKARTA, MENARA62.COM– Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali terpilih menjadi anggota Organisasi Kota Pusaka Dunia (Organization of World Heritage Cities) menyusul kota Surakarta yang sudah masuk pada 2008 dan Denpasar pada 2013. Penghargaan yang diterima Fabruari 2017 tersebut menjadikan Gianyar kini menjadi kota yang sejajar dengan 280 kota pusaka lain di dunia yang memiliki keunikan budaya sangat tinggi.
“Gianyar memiliki sejarah panjang sebagai akar budaya Bali,” jelas Catrini Pratihari Kubontubuh, Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Kamis (13/04/2017).
Sejak 246 tahun yang lalu tepatnya 19 April 1771 nama Gianyar jelas Catrini dipilih menjadi nama sebuah keraton Puri Anyar oleh Dewa Manggis Sakti. Maka sejak itu sebuah kerajaan yang berdaulat dan otonom telah lahir serta ikut pentas dalam percaturan kerajaan-kerajaan di Bali.
Gianyar lanjut Catrini hingga kini menjadi salah satu kabupaten yang berhasil menjaga kelestarian budaya Bali. Seperti budaya Subak, wayang, keris, pelestarian lebih dari 2700 pure dan lainnya. Dengan 98 persen penduduk beragama Hindu, Gianyar juga terbuka bagi penduduk beragama lain untuk berbaur di wilayah tersebut.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengakui untuk melestarikan budaya di kabupaten Gianyar tidak mudah. Tantangan terberat adalah godaan uang (dolar) yang dibawa orang asing untuk membeli lahan atau tanah warga setempat. lahan-lahan yang semula berdiri warisan budaya, dirobohkan untuk disulap menjadi bangunan modern.
“Daya tarik Bali sangat kuat, godaan yang dihadapi warga Bali juga kuat. Dan kini banyak tanah Bali yang berganti kepemilikan baik asing maupun lokal,” katanya.
Sementara itu Hashim Djojohadikusumo, Dewan Pembina BPPI mengapresiasi terpilihnya Gianyar menjadi anggota OWHC.Menurutnya tidak mudah mencari kepala daerah yang memiliki kepedulian tinggi pada budaya daerah.
“Saya berharap terpilihnya Gianyar sebagai anggota OWHC mendapat dukungan seluruh penduduknya sehingga upaya pelestarian budaya menjadi lebih optimal. Jangan sampai godaan uang mengalahkann,” katanya.
Hashim mengingatkan merenovasi dan melestarikan benda budaya juga akan mendatangkan nilai ekonomi bagi penduduk suatu wilayah. Sehingga masyarakat diharapkan tidak mudah melepaskan hak lahannya untuk mendukung munculnya bangunan modern.
“Kita lihat masyarakat Nepal, mereka jauh lebih miskin dari Indonesia. Tapi mereka sanggup menjaga kelestarian budaya lokalnya,” lanjut Hashim.
Terpilihnya Kabupaten Gianyar menjadi anggota OWHC saat ini, artinya kedudukan Gianyar sejajar dengan 280 kota pusaka lainnya di dunia.