YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Guru profesional harus bisa lebih memotivasi siswa, lebih menginspirasi, pembelajarannya lebih menggembirakan dan senyumnya lebih lebar terhadap siswanya. Selain itu, guru yang menjadi idola siswa adalah guru-guru yang mampu membangun hubungan interpersonal dengan siswanya.
Dr Suyatno MPdI, Wakil Dekan Al Islam dan Kemuhammadiyahan Kemahasiswaan dan Akademi Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Ahmad Dahlan (FKIP UAD) mengemukakan hal tersebut saat melepas lulusan PPG di Yogyakarta, Sabtu (24/9/2023). Ada 480 (secara offline 213 lulusan dan online 267 lulusan) pada Pelepasan Lulusan Program Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Katagori I Gelombang 2, dan Eks Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun Akademik 2022/2023 UAD tersebut.
Lulusan PPG berasal dari Bidang Studi PGPAUD (Pendidikan Guru Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini); Bidang Studi PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar); Bidang Studi Bahasa Indonesia, Bidang Studi Bahasa Inggris. Selanjutnya, Bidang Studi Fisika, Bidang Studi Bimbingan dan Konseling (BK); Bidang Studi Matematika; Bidang Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; Bidang Studi Agribisnis Produksi Tanaman.
Suyatno berpesan kepada para lulusan PPG UAD agar memiliki profesionalisme yang lebih baik. “Mosok belum kenal dan sesudah kenal UAD kok kualitas (mengajar)-nya sama saja. Sebelum mengenal UAD, dan sesudah mengenal UAD kok tidak banyak perubahan. Mengapa mengajarnya tidak lebih interaktif, tidak lebih inspiratif, tidak lebih menggembirakan, senyumnya tidak lebih lebar ketika ketemu siswanya,” kata Suyatno.
Suyatno telah melakukan penelitian terhadap profesi guru. Pihaknya telah melakukan wawancara, diskusi dari berbagai sumber data dan berbagai partisipan. “Ternyata guru yang didambakan siswanya, guru yang paling diidolakan siswanya adalah guru-guru yang mampu membangun hubungan interpersonal dengan siswanya,” tandas Suyatno.
Suyatno menambahkan guru mengajar tidak hanya transfer of knowladge, mentransfer pengetahuan sekedar mengejar materi. Tetapi guru seharusnya juga memiliki kepedulian terhadap siswanya, memberi perhatian terhadap siswa-siswanya. Kalau siswanya menghadapi masalah guru juga peduli terhadap masalah tersebut. “Semoga kemampuan seperti ini sudah bapak ibu peroleh dalam program jabatan di UAD selama 3-4 bulan,” harap Suyatno.
Sementara Rektor UAD, Prof Dr Muchlas MT mengatakan mahasiswa PPG Dalam Jabatan adalah guru yang sudah mengajar, tetapi dipandang belum profesional. “Ciri-ciri tidak profesional itu belum mendapatkan tunjangan gaji,” kata Muchlas.
Kini setelah menempuh pendidikan di FKIP UAD, para guru telah mendapatkan sertifikat keprofesionalan. Karena itu, Muchlas mengajak para guru lulusan PPG UAD berdoa agar pemerintah memiliki duit yang banyak. “Kalau pemerintah tidak banyak duit, siapa yang akan memberikan tunjangan kepada bapak ibu yang sudah berdarah-darah mengikuti kuliah,” kata Rektor UAD.
Rektor UAD menambahkan tujuan PPG, pertama, meningkatkan profesionalisme guru, basisnya kompetensi. Kedua, dimensi mensejahterakan guru. Guru profesional, adalah telah memiliki kompetensi pedagogik yang baik, kompetensi profesional yang baik, juga potensi sosial, dan kepribadian. “Semuanya itu diperlukan untuk mengarungi hidup baru sebagai guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi,” kata Muchlas.
Bersertifikat pendidik profesional, tambah Muchlas, membawa konsekuensi juga. “Kompetensi kita bertambah, tanggung jawab kita juga bertambah. Tetapi jangan sampai sudah mendapat sertifikat pendidik, mendapat tunjangan profesi, tapi kualitasnya tidak meningkat. Tanggung jawabnya juga tidak meningkat. Itu harus dihindari,” pesan Muchlas. (*)