Persis delapan hari setelah mendaftar dan mengikuti ujian khusus, hari ini putraku berangkat ke sekolah. Ini adalah hari pertama bagi dia masuk sekolah. Satu sekolah dengan adiknya, putri kedua kami. Tepatnya di Warrawong High School, Wollonggong, New South Wales. Lokasi sekolah ini, sekitar 10 km dari rumah.
Berangkat ke sekolah mesti pagi-pagi sekali. Jam 07.10 waktu di sini atau 05.10 Wita, sudah harus keluar rumah menuju halte bus, depan kampus UoW. Jika terlambat sedikit, bisa jadi akan ditinggalkan bus. Dan harus menunggu 10 menit lagi untuk keberangkatan berikutnya. Bus ini akan membawa mereka ke kota, tak membayar atau gratis.
Di kota, mereka akan ganti bus, menuju sekolahnya. Turun persis di depan pintu lorong masuk sekolahnya. Bus ini harus membayar. Kira-kira Rp 22.000,00 per orang untuk anak-anak. Jika orang dewasa, dua kali lipatnya. Karena pertama masuk, dia harus membayar dulu, karena belum sempat uruskan kartu sekolahnya. Adiknya yang sudah sekolah duluan, sudah punya kartu bus, jadi tak perlu membayar.
Putraku ini adalah alumni SMP pada sekolah yang dirintis oleh Almarhum KH Djamaluddin Amien, Pondok Pesantren Darul Fallah Unismuh Makassar Bissoloro Gowa. Di sana dibina oleh Ustadz Dahlan, Ustadz Abduh, Ustadz Amir, Ustadz Edi, dan lain-lain. Selama tiga tahun di daerah pegunungan dengan pepohonan pinus dan kebun jagung juga pohon-pohon hutan yang menjulang tinggi.
Sedangkan nanti di sini, dia masuk sekolah setingkat SMA. Tapi sementara dia harus masuk kelas persiapan dulu. Memperlancar kemampuan bahasa Inggrisnya. Nanti setelah dianggap layak, maka mereka akan dipindahkan ke kelas yang sesungguhnya.
Kedatangannya ke sini minggu lalu, mendaftar ke sekolahnya, sangat mudah. Tak perlu ada ijazah, surat pindah, surat keterangan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten, dan lain sebagainya. Cukup dengan memperlihatkan paspor Indonesia dan surat LOA ibunya yang sekolah mengambil program doktor di University of Wollongong.
Setelah mendaftar, maka pihak sekolah meminta rekomendasi dari Kementerian Pendidikan setempat. Dua hari kemudian, kami sudah ditelepon pihak sekolah. Mengabarkan bahwa pihak Kementerian Pendidikan telah menyetujui dan mengatakan bahwa sudah bisa masuk kelas hari ini, Selasa (11/6/2019). Seharusnya kemarin hari Senin, tapi karena hari libur nasional di sini.
Tak ada pembayaran sama sekali, baik yang resmi atau yang tidak resmi. Tidak ada istilah SPP atau uang komite. Jika diurut lebih jauh, sebenarnya ada, tapi tidak terlalu kentara. Yakni sudah termasuk dalam SPP ibunya. Pemerintah kota di sini, membebaskan biaya sekolah bagi anak-anak yang orang tuanya mengambil program master dan doktor di UoW. Semacam promosi, kemudahan atau istilah lainnya adalah subsidi silang.
Bukan hanya itu, mereka dibekali dengan pakaian seragam. Satu baju kaos putih. Satu kaos lengan panjang warna hitam. Dan celana panjang hitam. Ketika mendaftar minggu lalu, sudah diberikan. Kecuali celana karena ukurannya tidak pas. Pihak sekolah berjanji akan mencari ukuran yang pas. Kemudian empat hari lalu, celana itu dikirim ke rumah kami. Agar bisa dia pakai saat hari pertama, hari ini.
Demikianlah perhatian guru atau pihak sekolah kepada anak didiknya. Jika ada anak yang sakit atau bermasalah, akan ditelepon orang tuanya. Jika orang tuanya tidak mampu menjemput, maka gurunya akan mengantar pulang hingga ke rumahnya.
Pokoknya sekolah di sini, akan berusaha menjadi tempat yang nyaman bagi anak didiknya. Baik dari aspek fasilitas, maupun perhatian penuh dari guru dan pihak sekolah.
Penulis: Haidir Fitra Siagian, Gwynneville, Selasa (11/6/2019) pagi ceria suhu cukup bersahabat.