MAKASSAR, MENARA62.COM — Hingga hari ini, kebijakan social distancing sudah menjadi gaya hidup dan menjadi “normal yang baru” bagi masyarakat. Akibatnya, aktivitas masyarakat di luar rumah masih terbatas, dan belum kembali normal sepenuhnya. Perubahan perilaku konsumen ini meninggalkan keputusan sulit bagi bisnis kecil yang bergantung pada aktivitas keseharian orang untuk bertumbuh. Dibutuhkan strategi baru, inovasi, dan yang terpenting, dibutuhkan mental berani dan kegigihan untuk bisa bertahan.
Seperti pepatah Makassar yang satu ini, Teai mangkasara’ punna bokonna loko’, yang berarti setiap hambatan yang terjadi, bisa dijadikan pelajaran untuk mencoba kembali, hingga berhasil. Kekuatan mental seperti ini dibutuhkan untuk bisnis kecil dapat bertahan dan bergerak maju.
Melihat Strategi Sukses Habitus Cafe Makassar pada Masa Pandemi
Berdasarkan data internal Moka, startup kasir digital di Indonesia, pada bisnis F&B, sebanyak 16 dari 17 kota di Indonesia megalami penurunan pendapatan akibat kebijakan social distancing. Data yang dibungkus dalam “E-book: Dampak Virus Corona terhadap Bisnis dan Cara Menyikapinya”, dipaparkan data penurunan pendapatan mencapai lebih dari 40% pada outlet-outlet bisnis yang sebagian besar adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terhitung Maret 2020. Namun sekarang, beberapa UMKM telah menunjukkan resiliensi terhadap kondisi ini dan beradaptasi dengan strategi masing-masing.
Habitus Cafe, cafe modern dan nyaman di salah satu sudut kota Makassar, merupakan merchant Moka yang menunjukkan resiliensi pada masa pandemi yang dapat mempertahankan cashflow bisnis yang positif. Cafe dengan rating 4.5 dan 422 ulasan di Google ini memiliki kekuatan produk di minuman kopi, khususnya Pandan Latte, diikuti dengan beragam menu minuman unik lain seperti Dalgona Coffee, Klepon Latte, White Rabbit Latte, dan juga Lotus Biscoff Brown Sugar Bobba, hingga camilan Onde-Onde isi Nutella.
Johannes Giananta Purnadi, Co-founder dari Habitus Cafe memiliki beberapa strategi dan pengalaman bagaimana usahanya mengarungi hambatan dalam tiga bulan terakhir ini. Akrab dipanggil Gian, Ia bercerita pandemi ini mulai berimbas sejak memasuki awal April, “Kalau begini terus, kita bisa minus penjualan di bulan April,” ujarnya bersama dengan tim. Tidak ingin kalah dengan keadaan, Ia dan tim mulai melakukan market research dan strategi baru.
Berhasil menggenjot penjualan dengan open pre-order
Mengikuti peraturan pemerintah, Habitus Cafe tidak menerima konsumen yang makan di tempat, dan hanya melayani take-away, dan pengantaran online. Namun, melihat perilaku konsumen di Makassar yang ternyata lebih merespon pasar melalui open pre-order (PO), Habitus Cafe pun melakukan open PO, dimana konsumen dapat memesan dan membayar produk sebelum diproduksi. Ternyata strategi open PO mendapatkan respon yang positif dan membantu menggenjot pendapatan sehingga tidak terlalu turun. Melihat kondisi ini, bisa dibilang konsumen masih mencari produk mereka, namun cara konsumen mendapatkan produk lah yang berbeda. “Bukannya menggaet langganan lama, kami malah mendapat banyak konsumen baru dari sistem open PO,” ujarnya.
Promo hemat
“Pada masa pandemi ini, banyak orang termasuk konsumen kita yang dirumahkan, pasti pendapatan mereka berkurang, jadi kami membuat promo hemat sebagai penarik mereka untuk tetap bisa menikmati produk kami,” papar Gian.
Transformasi pada operasional
Seperti kebanyakan bisnis kecil lainnya, di kala penjualan sedang tidak dalam kondisi normal, tentu bahan baku menjadi perhatian para pemilik bisnis. Sulitnya mendapatkan bahan baku dan cara mengontrolnya menjadi dua perhatian khusus di Habitus Cafe. Menyiasatinya dengan produk substitusi menjadi pilihan optimis. “Bagi para pemilik usaha, jika kesulitan mencari bahan baku, bisa diganti dengan produk substitusi, syaratnya mudah didapat, rasanya mirip, tapi kualitas tetap dijaga,” ujar Gian, yang kemarin sempat kesulitan mencari produk fresh milk, dan akhirnya diganti dengan produk lain dengan harga yang lebih terjangkau, namun kualitas tetap terjaga.
Selain kualitas, Habitus Cafe juga mengurangi kuantitas persediaan bahan baku. Jika dalam keadaan normal persediaan bahan baku hingga dua minggu, sekarang hanya untuk persediaan satu minggu saja.
Cepat tanggap di semua saluran komunikasi konsumen
“Sebagai bentuk customer relationship, semenjak pandemi ini, kita menjadi sangat dan harus fast respond terhadap konsumen, jadi begitu konsumen tanya melalui WhatsApp atau direct message di Instagram, admin akan langsung menjawab,” ujar Gian. Selain WhatsApp dan Instagram, Habitus Cafe pun memanfaatkan Google My Business, dan banyak konsumen yang bertanya melalui saluran komunikasi itu juga.
Menurut Gian, cepat tanggap juga diperlukan dalam media sosial. Mulai dari pengunggahan foto, hingga ulasan konsumen. “Konsumen kan tidak dapat melihat produk kita, maka harus sering upload foto dan IG Story agar konsumen bisa lihat barangnya seperti apa,” jelasnya. Selain itu, Habitus Cafe juga sering mengumpulkan ulasan konsumen dan mengunggahnya di IG Story. “Honest review itu penting, kami biasanya minta feedback langsung ke konsumen, lalu kami upload di IG Story,” tutupnya, Rabu (17/6/2020).
Jangan hilang arah
Sebagai penutup, Gian menyampaikan pesan bagi para pemilik usaha yang sedang mengalami hal yang sama di kondisi seperti ini. Gian menyampaikan pentingnya para pemilik bisnis untuk kembali melihat visi dan misi bisnis sejak awal. “Jangan sampai kita lari dari visi dan misi dari awal bisnis ini terbentuk, jangan kehilangan arah meski sedang dalam keadaan sulit,” ujarnya.
Jangan hilang arah dalam artian, jika pemilik bisnis sudah yakin produknya bagus, yakin bahwa produk itu memiliki kekuatan, maka para pemilik bisnis harus percaya diri akan produknya, jadi tidak mudah goyah dalam keadaan sulit sekalipun. (*)