27.3 C
Jakarta

Hargai Kegiatan Pendampingan di Lapangan, Angka Kredit Dosen Diperluas

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM –  Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud  memperluas cakupan angka kredit dosen. Jika semula angka kredit dosen hanya dihitung dari kegiatan tatap muka di ruang kuliah atau kegiatan formalitas, maka mulai sekarang semua kegiatan pendampingan dosen terhadap kegiatan mahasiswa di lapangan terutama di industri akan mendapatkan angka kredit.

“Kita akan transformasikan menjadi karya-karya yang monumental kegiatan-kegiatan pendampingan kegiatan di lapangan yang bermanfaat besar bagi masyarakat,” kata Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam di sela Sosialisasi Sertifikasi Pendidik untuk Dosen dan Beban Kerja Dosen Wilayah Indonesia Timur yang berlangsung di Universitas Pattimura, melalui channel Youtube Ditjen Dikti, Kamis (8/4/2021).

Kegiatan pendampingan tersebut misalnya membantu mengembangkan masyarakat nelayan untuk lebih maju dan sejahtera melalui inovasi dan kreativitas bersama mahasiswa. Atau membantu mahasiswa untuk menjadi pengusaha perikanan, industri pengolahan ikan dan lainnya.

Menurut Nizam, karya monumental dosen di lapangan ini tak kalah hebatnya dengan karya ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal internasional, atau karya yang sudah mendapatkan hak paten.

Dengan mengubah model penghitungan angka kredit ini, Nizam berharap mindset para dosen juga berubah. Mereka akan berlomba-lomba untuk memberikan pendampingan terbaik bagi para mahasiswa saat kerja di lapangan.

Nizam mengingatkan bahwa perguruan tinggi merupakan mata air, sumber bagi pencerahan masyarakat. Perguruan tinggi melalui tridarmanya, merupakan tulang punggung bangsa untuk meraih kemajuan dimasa depan.

“Pendidikan ibarat nyala lilin di kegelapan. Dengan cahayanya, pendidikan bisa membawa masyarakat dari kegelapan menuju titik terang,” tukas Nizam.

Karena itu, tak hanya mahasiswa yang harus masuk terjun ke tengah masyarakat, dosen pun harus melakukan hal serupa. Dosen dan mahasiswa tidak hanya berkutat di dalam kampus, tetapi harus pula masuk ke dunia kerja, terjun lebih banyak ke tengah masyarakat, guna mengasah keprofesionalannya. Juga membawa obor bagi  masyarakat untuk membangun daerah.

“Inilah sebenarnya inti dari Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Bagaimana kita menjadi cahaya bagi kegelapan yang dialami masyarakat sekitar,” jelas Nizam.

Melalui konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, mahasiswa disiapkan menjadi lulusan yang siap kerja. Sehingga begitu lulus, ia tidak perlu lagi melalui masa transisi, masa perkenalan dengan dunia kerja. Tetapi mereka benar-benar sudah tahu dan menyiapkan diri mau bekerja apa setelah lulus.

“Jadi dalam kebijakan Kampus Merdeka, masyarakat, dan dunia industri adalah merupakan laboratorium yang sebenar-benarnya. Jadi ketika lulus mahasiswa sudah tahu mau ke mana dia, mau jadi apa dia,” kata Nizam.

Menurut Nizam, pendidikan harus ditransformasikan bukan sekedar pembelajaran di ruang kelas. Justeru harus dibalik, dimana mahasiswa dan dosen bertemu di ruang kelas untuk membahas hal-hal yang dijumpai di lapangan, ada adu argumentasi dan mencari solusi atas masalah yang dijumpai di lapangan.

Ia berpesan kepada para dosen, agar dalam kegiatan pendampingan mahasiswa, benar-benar mengubah cara pandang mahasiswa agar tidak semata mengejar nilai akademik yang tinggi. Sebab buat apa nilai akademik tinggi jika setelah lulus masih disibukkan membawa map ke sana ke mari mencari lowongan pekerjaan. Atau berulangkali mengikuti tes penerimaan pegawai negeri sispil. Pendidikan yang baik adalah bagaimana bisa mengubah cara pandang mahasiswa untuk bisa menjadi seorang entrepreneur dan bukan pegawai.

“Menjadi ASN harus bukan yang utama. Sebaiknya dorong mahasiswa untuk jadi entrepreneur,” tukas Nizam.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!