Hashami sebenarnya nama perusahaan pembuat peralatan makan dari keramik di Jepang. Salah satu produknya yang unik adalah saringan kopi berbahan batu.
Sebutannya stone coffee filter. Entah apa namanya dalam bahasa Jepang. Agar mudah, saya sebut saja saringan hashami.
Saringan hashami memiliki bentuk seperti cobek. Tapi agak cekung. Mirip mangkok. Tapi agak ceper. Warnanya hitam. Teksturnya kasar. Ketebalannya sekitar 2 Cm.
Dari ciri fisiknya, saya menduga saringan hashami diproduksi dengan mesin. Entah dengan sistem press atau sistem lainnya.
Walau terbuat dari batu, saringan hashami memiliki pori-pori yang lebar. Air seduhan kopi bisa mengucur dengan lancar. Tidak menetes pelan.
Sebelum digunakan, saringan hashami harus direndam ke dalam air hangat lebih dulu sekitar 5 menit. Tujuannya untuk memastikan tidak ada sisa-sisa air kopi dari pemakaian sebelumnya. Agar kopi yang baru memiliki rasa yang bersih.
Setelah perendaman, saringan hashami siap digunakan. Cara memakainya sama dengan V60 pada umumnya. Di atas saringan kopi harus dipasangi filter kertas lebih dulu. Untuk menyaring bubuk kopi.
Jadi menyeduh kopi dengan saringan hashami ibarat menyajikan kopi yang disaring dua kali.
Bagaimana rasa kopi yang diseduh dengan saringan hashami? Untuk mengetahuinya, Hardjono pemilik Blue Lotus Coffee House Semarang menyajikan dua gelas kopi. Yang satu disaring dengan kertas tanpa batu.
Memang beda citarasanya. Walau gramasinya sama. Suhu airnya sama. Jenis kopinya sama. Kemungkinan perbedaan citarasa itu berasal dari saringan batunya.
Saya belum tahu apa jenis batu yang digunakan untuk saringan hashami. Di google tidak tersedia informasi yang memadai.
Ketika saya ketik “saringan kopi dari batu”, yang muncul adalah produk saringan kopi dari batu gunung Merapi. Berbentuk seperti lumpang dengan harga Rp 85 ribu.
Kata teman saya, Granados Gandos, ada warung kopi di Magelang yang menjual minuman kopi menggunakan saringan batu Merapi itu. Entah di mana tepatnya. Ia sendiri lupa.
Begitulah bisnis kopi, yang bikin enak ngopi ternyata bukan citarasanya. Melainkan ceritanya. Buktinya Anda mau membaca dan mengomentarinya.