27.7 C
Jakarta

Ustadz, Jangan Salahkan Jama’ah

Baca Juga:

Ustadz, Jangan Salahkan Jama’ah. Tidak sekali dua kali saya terjebak dalam situasi yang tak enak di dalam masjid: terpaksa mendengarkan tausiyah.

Beda dengan jamaah lain yang santai saja ngeloyor keluar, saya selalu berusaha menekan ego saya dengan pertimbangan etis dan menjaga marwah penceramah. Rasanya tak elok kalau ada yang berbicara lalu kita tak mendengarkan, apalagi dia berstatus ustadz, guru.

Sebagai bagian dari jamaah, saya bisa memaklumi apa yang dipikirkan jamaah lain yang ngeloyor itu. Ilmu dan pengetahuan sang guru dianggap kurang. Malah ada seorang jamaah yang saya dengar langsung ucapannya. “Kurang,.. kurang,” katanya sambil cuek geleng-geleng kepala dan melangkah keluar masjid.

Kekurangan itu bisa dari sisi materi, penguasaan teknik komunikasi di depan publik, ataupun kurang dalam dua hal itu.

Maka, inilah pesan saya kepada Arham, anak kedua saya. “Kalau kamu mau didengar pendapat-pendapatmu, kamu harus kuasai dua hal, yaitu Ilmu dan teknik ngomong di depan orang.”

Dua hal itu juga harus konsisten kita tunjukkan, sehingga lama kelamaan orang lain memang mengenal kita sebagai orang yang pantas didengar dan enak diikuti isi pembicaraannya.

Di ruang publik, di mana kita tak punya kuasa untuk memaksa orang lain untuk duduk mendengar, memang hanya dua kekuatan tadi yang jadi andalan. Jika kosong, jangan salahkan jamaah memilih tidur, bahkan keluar.

Itu sebabnya, terus belajar menjadi keharusan, isi yang menarik selalu mensyaratkan riset yang serius dan ide yang kreatif. Banyaklah membaca dan menggali dari yang lebih tahu. Teknik berbicara juga harus terus dilatih sambil dibenturkan langsung dengan sosio psikologi jamaah.

Saya mungkin sudah kesiangan untuk belajar mempraktekkan dua syarat tadi. Bah! Jangan-jangan, baru saja nama saya disebut, ada saja jamaah yang akan kabur sebelum wajah saya sampai di depan corong mikrofon.

Arham, Arhamni Ramadhana nama lengkapnya, tentu masih banyak waktu. Masih cukup pagi bagi anak kedua lelaki saya itu membuat orang lain merasa perlu mendengar isi pembicaraannya, kelak. Tentang apa saja. Khususnya materi yang dia suka dan dalami sepenuh hati, sepanjang memberikan daya guna bagi orang lain.

Langkahnya sudah dimulai. Target telah dipancang di depan mata. Bak busur panah, ia siap dilepaskan. Setelah melewati serangkaian tes dan seleksi, semester depan Arham mulai masuk boarding school, ke SMP Islam Terpadu dengan penguatan leadership dan teknologi.

Bismillah. Tekad untuk menjadi pribadi yang berguna semestinya makin mudah mewujud nyata dengan kekuatan doa saudara-saudara. Di jum’at penuh berkah ini, mohon do’nya untuk keberkahan Arham, dan semua anak-anak masa depan Indonesia Raya.

Aamiin ya robbal ‘alaamiin.

Penulis: Mochamad Husni

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!