JAKARTA, MENARA62.COM – Universitas Tarumanagara (Untar) memberi perhatian penuh dengan hasil karya penelitian dari kampus. Diharapkan masyarakat dapat menerapkan manfaat secara optimal hasil penelitian terutama dari para kalangan akademik.
Dalam rangka itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Untar mengadakan kegiatan International Conference on Economics, Business, Social, and Humanities (ICEBSH) dan International Conference on Applied Science and Engineering (ICASTE) digelar secara daring pada 24-26 Maret lalu.
Kegiatan ini dihadiri 485 peneliti dari 9 negara (Belgia, Jepang, Taiwan, China, Filipina, Malaysia, Timor Leste, India) termasuk Indonesia, bergabung dalam kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun tersebut.
Rektor Untar, Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, I.P.U., ASEAN Eng. menyampaikan bahwa beberapa tahun terakhir konferensi-konferensi yang diselenggarakan memang menjadi berbeda karena pandemi Covid-19.
“Kami menyaksikan sendiri kesulitan sejak persiapan hingga pelaksanaan konferensi. Saya mengucapkan terima kasih kepada LPPM Untar dan panitia pelaksana atas kerja keras, dedikasi, dan komitmennya sehingga konferensi dapat terlaksana. Kolaborasi dengan universitas dalam dan luar negeri sangat diperlukan karena akan meningkatan kualitas karya para dosen dan mahasiswa, serta memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat dengan mempublikasikan penelitian tersebut,” ujar Rektor dalam sambutannya, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ketua Panitia ICASTE-ICEBSH Dr. Eng. Titin Fatimah, S.T., M.Eng. mengatakan bahwa konferensi ini memiliki tujuan mengumpulkan pemikiran-pemikiran positif dan berharga dalam berbagai topik dengan memberi wadah bagi para peneliti, praktisi, aparat pemerintah, akademisi, serta pakar untuk berbagi, bertukar pemikiran, pengalaman, dan mengembangkan koneksi.
Adapun topik yang diangkat saat ini merupakan topik yang popular untuk dikaji secara ilmiah yakni “The Usage of Information and Communication Technology (ICT) in Developing the Competent Human Resources” menjadi tema ICEBSH, sedangkan ICASTE mengambil tema “Sustainable Planning for Natural Environment and Human Living to Face the Challenges of Climate Change.”
Sementara itu, Ketua LPPM Untar, Assoc. Prof. Ir. Jap Tji Beng, MMSI., Ph.D. yang juga menjadi salah satu pembicara, mengatakan bahwa besarnya jumlah publikasi penelitian yang dihasilkan para pemakalah sungguh luar biasa. Hal ini menunjukkan semangat yang tinggi untuk menghasilkan karya.
“Perencanaan alam berkelanjutan, semakin tinggi urgensinya dalam menghadapi masalah iklim dan teknologi informasi dalam komunikasi pun juga terus berkembang dengan kemajuan jaman, seperti munculnya konsep metaverse yang dapat melahirkan berbagai aplikasi baru di masa mendatang,” tuturnya.
Jap Tji Beng menjelaskan Teknologi informasi menjadi faktor kunci yang harus difokuskan secara kreatif dan kolektif untuk mengembangkan pengetahuan dalam menghadapi situasi yang tidak mudah ini. Berkaca pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi maka dunia pendidikan tinggi pun harus berkreasi dan berinovasi.
“Konferensi dapat menjadi platform akademisi untuk melahirkan kesempatan baru bagi pengembangan masyarakat. Terima kasih untuk semua pihak yang telah bekerjasama dan berkolaborasi,” ujarnya.
Pembicara kunci Sebastian Boell, Ph.D. pakar sistem informasi dari The University of Sydney, Australia menyampaikan topik mengenai Information and Communication Technology (ICT). Perspektif pertama dapat dilihat dari sudut fisik, di mana informasi dianggap sebagai angka 1 dan 0 yang tersimpan dalam sebuah hard drive dan dapat diukur secara kuantitatif dalam 0/1, byte, dll. Informasi seperti ini adalah hal baik jika ingin membuat sebuah program, namun jika berbicara dengan manusia dan pengetahuan dalam sisi akademis, perlu melihat informasi dari perspektif lain seperti fakta tentang pengetahuan dimana informasi dianggap sesuatu yang diketahui dunia.
“Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin banyak juga informasi yang dimiliki. Perspektif lain adalah pandangan yang lebih humanis atau lebih sosial. Perspektif ini menyampaikan bahwa informasi adalah sesuatu yang dimengerti, jika seseorang memberikan angka atau teks tetapi tidak dimengerti maka hal tersebut bukanlah sebuah informasi,” katanya
Perspektif ini tidak lagi melihat bahwa informasi adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar, namun merupakan sesuatu yang terjadi di otak kita, maka semakin banyak kita mengerti semakin banyak juga informasi yang kita punya.
“Informasi lebih mengarah kepada persetujuan bersama terhadap suatu hal yang penting sehingga dapat dimengerti bersama,” lanjut Sebastian.
Prof. Kiyoko Kanki mengangkat topik tentang “Local Initiatives and Area Planning for Sustainability in the Suburban Residential Area – Katsurazaka, Kyoto, Jepang”. Kota Katsurazaka memiliki kasus spesial karena berlokasi di pegunungan Kyoto sehingga membutuhkan desain yang berkelanjutan untuk kelestarian alam, serta memperhatikan inisiatif masyarakat lokal.
“Hal ini diperlukan dalam membangun sustainable city meskipun memiliki berbagai tantangan yang harus memperhatikan berbagai aspek seperti alam, greenery, artificial-nature, maupun kombinasinya,” tandasnya.