JAKARTA, MENARA62.COM – Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jajaki kerjasama dengan PT Sido Muncul untuk mengembangkan potensi jamu lokal dengan melibatkan kalangan perguruan tinggi. Penjajakan kerjasama tersebut menjadi bagian dari upaya Ditjen Dikti untuk melibatkan dunia usaha mencari solusi atas kontraksi lapangan pekerjaan yang berimbas pada pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi.
“Saat ini lapangan pekerjaan sedang ‘berkontraksi’ dan lulusan perguruan tinggi banyak yang sedang menganggur. Permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh kampus atau perguruan tinggi saja, akan tetapi diperlukan kerja sama, saling bergandengan tangan dengan pihak lain (pelaku usaha) untuk mencari solusi bersama,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Nizam pada acara Diskusi Hilirisasi Ekosistem Jamu bersama CEO Sido Muncul (15/03).
Diakui Nizam, saat ini Indonesia masih mengandalkan kegiatan impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, seperti buah-buahan, teknologi dan lain sebagainya. Padahal sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia sangat banyak dan melimpah. Disinilah peran perguruan tinggi untuk dapat berkolaborasi menghasilkan berbagai macam teknologi inovasi dalam upaya meningkatkan kedaulatan negara dengan menciptakan berbagai karya reka cipta yang dibutuhkan.
Nizam mengatakan, terdapat tiga prinsip dalam mengupayakan keterlibatan perguruan tinggi untuk meningkatkan ekosistem reka cipta di Indonesia, yaitu pertama, kampus akan membuka selebar – lebarnya bagi mahasiswa untuk dapat belajar di luar kampus minimal satu semester. Kedua, mendorong setiap dosen untuk lebih mengenal permasalahan yang terjadi di lapangan, dan yang ketiga, mengundang para profesional untuk mengajar di kelas, memberikan informasi dari permasalahan di industri, sehingga kampus akan berjalan selaras dengan dunia nyata.
Diketahui bahwa Kampus merupakan pusat dari sumber daya manusia yang dapat membantu dalam pembangunan negara. Kampus juga merupakan salah satu tempat ide – ide muncul, seperti ide – ide penelitian dengan mengidentifikasi suatu permasalahan dan mencari solusi yang optimal. Akan sangat disayangkan apabila ide –ide kreatif tersebut tidak diimplementasikan.
“Pada prinsipnya mahasiswa memiliki ide, namun pada akhirnya ide – ide tersebut tidak selaras dan tidak tumbuh. Hal ini seperti benih yang berada di padang tandus yang tidak di beri pupuk dan tidak dapat berkembang,” lanjut Nizam.
Kolaborasi menjadi cara untuk dapat menghilirisasi ide – ide dan hasil penelitian para inventor kepada publik. “Apabila industri dan perguruan dapat bergandengan tangan, maka akan berdampak sekali”, lanjut Nizam.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tengah mengembangkan platform Kedaireka, yang akan mempertemukan kampus dan industri untuk berdialog di dalam satu ‘wadah’ besar.
“Kedaireka merupakan singkatan dari kedaulatan Indonesia untuk reka cipta, (Kedaireka di buat) supaya penelitian dari perguruan tinggi tidak terhenti dalam bentuk kertas, tidak terhenti sebagai bahan pameran saja akan tetapi dapat memberikan manfaat kepada industri dan masyarakat, serta sebagai upaya dalam pembagunan ekonomi kedepan,” jelas Nizam.
Senada dengan Nizam, Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan Indonesia memiliki potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk. Namun hal tersebut menjadi kendala ketika sebuat alat atau teknologi untuk mengolah sumber daya belum tersebut.
“Di sinilah pentingnya peran perguruan tinggi. Mereka bisa menciptakan inovasi baik alat maupun teknologi yang dibutuhkan oleh kalangan pelaku usaha,” kata Irwan.
Ia juga menyebutkan bahwa dalam program magang mahasiswa di lingkungan industri, yang terpenting adalah tujuan dari magang itu sendiri. Mahasiswa bukan hanya sebatas belajar pada industri tempat untuk magang tetapi juga dapat memberikan dan menyumbangkan ide –ide, serta saran kepada industri, sehingga akan melatih rasa percaya diri dan keberaniannya.
PT Sido Muncul merupakan industri besar yang telah lama berdiri di Indonesia dan telah menghasilkan lebih dari 300 produk, serta telah melakukan penyerapan ribuan tenaga kerja.
Sementara itu Koordinator Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti Achmad Adhitya Maramis mengatakan saat ini telah terdaftar 11.000 inventor di platform Kedaireka dan sebanyak 2.000 produk reka cipta yang dapat dikolaborasikan dengan Sido Muncul.