SLEMAN, MENARA62.COM – Gunung Merapi di Kabupaten Slemain, DI Yogyakarta, kembali erupsi pada Sabtu (9/11/2019) pagi. Luncuran kolom awan panas akibat letusan terbarunya itu mencapai ketinggian 1,5 kilometer (km), mengarah ke sektor Barat yang menimbulkan hujan abu tipis seperti di wilayah Wonolelo, Sawangan, Kabupaten Magelang, dan Tlogolele, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
“Untuk mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan, maka segera diterbitkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) kode warna oranye (hati-hati – Red), kata Hanik Humaida, kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan kronologinya, dalam siaran persnya di laman resmi merapi.bgl.esdm.go.id.
Ancaman bahaya dari kejadian letusan semacam ini, menurut Hanik, berupa Awan Panas Letusan (APL). Sumbernya dari material kubah lava dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan kurang dari 3 km berdasarkan volume kubah yang sebesar 416.000 meter kubik berdasarkan data drone 30 Oktober 2019.
“Masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 km dari puncak Gunung Merapi,” imbau Hanik.
Ia mengemukakan, erupsi terbaru Gunung Merapi tersebut tepatnya terjadi Sabtu pagi pukul 06.21 WIB. Terekam di seismogram dengan amplitudo 65 mm dan durasi 160 detik.
“Awan panas meluncur dengan jarak sekitar 2 km ke arah Kali Gendol. Kolom asap letusan setinggi ±1500 meter dari puncak,” kata ungkap Hanik.
Ia menambahkan, pasca letusan 14 Oktober 2019, data pemantauan aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan pada 25 Oktober 2019. Yaitu, berupa kenaikan jumlah gempa vulkano-tektonik dalam (VTA) yang mencapai 12 kali.
Peningkatan tersebut diikuti kenaikan gempa gempa dangkal pada 26-28 Oktober 2019. Pada 28 Oktober, jumlah gempa vulkano-tektonik dangkal (VTB) mencapai lima kali dan multi-phase (MP) 27 kali.
“Setelah itu kegempaan menurun kembali dengan jumlah rata-rata gempa VTA dan VTB 1 kali per hari dan MP sekitar lima kali per hari,” kata Hanik.
Disebutkannya pula, berdasarkan foto drone tanggal 30 Oktober 2019 di pusat kubah lava teramati material baru berupa sumbat lava yang terangkat. Itu diduga terkait peningkatan aktivitas pada 25-28 Oktober 2019.
“Aktivitas kegempaan kembali meningkat pada 8 November 2019 dimana tercatat gempa VTA 3 kali, VTB 9 kali, dan MP 44 kali,” tandas Hanik.