31 C
Jakarta

Hujan Selamatkan Irfan Yunianto dari Penembakan

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Jumat (15/3/2019) pukul 13.40 Waktu Selandia Baru, Irfan Yunianto tidak langsung menuju ke ruang utama sholat di Masjid Al Noor, Christchurch. Namun karena jaketnya basah akibat kehujanan, ia menuju ke ruang sholat kecil yang biasa digunakan rapat atau seminar.

Posisi di ruang sholat kecil ini membuat Irfan terhindar dari peluru yang ditembakan teroris, Brenton Tarrant. Selain itu, posisi duduk Irfan juga berada di dekat pintu emergensi sehingga memudahkan dirinya untuk menyelamatkan diri keluar masjid.

Irfan Yunianto mengemukakan hal tersebut pada teleconference dengan Rektor UAD, Dr H Kasiyarno MHum, dosen UAD dan wartawan di Ruang Rektor UAD Yogyakarta, Senin (18/3/2019). Irfan Yunianto adalah Dosen Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang sedang menempuh pendidikan S3 Biologi di University of Otago, Selandia Baru.

Dijelaskan Irfan, saat masuk masjid, ia melihat di ruang utama sholat masih lengang. Ia memprediksikan karena hujan sejak pagi, membuat jamaah terlambat datang di ruang sholat utama. Meskipun masih lengang, Irfan tidak mengambil posisi di ruang sholat utama.

“Seharusnya, saya masuk ruang sholat utama sebagaimana biasa saya lakukan. Namun saat itu berpikiran ingin meletakkan jaket yang agak sedikit basah. Bila saya masuk ruang utama sholat, khawatir menganggu jamaah lain,” kata Irfan Yunianto yang selamat dari aksi teror penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) lalu.

Setelah masuk di ruang sholat kecil, Irfan melakukan sholat tahiyatul masjid. Sekitar lima menit, Irfan mendengar khotbah terjadi penembakan. Saat mendengar tembakan pertama dan kedua, Irfan belum mengetahui jika itu serangan. “Saya memperkirakan itu suara travo meledak atau electrict shoot,” katanya.

Tetapi kemudian ada rentetan tembakan berikutnya. Sehingga Irfan berkesimpulan ‘this is gun fire’ atau serangan senjata api. “Kebetulan saya berada di dekat emergency door, sehingga mudah bagi saya untuk keluar masjid. Jamaah lain juga berlarian,” kata Irfan.

Ia berlari menuju belakang masjid dan tempat parkir mobil. Di situ Irfan melihat sudah ada pelajar Indonesia. Kemudian mereka berusaha memanjat pagar yang tingginya kurang lebih dua meter. Karena banyak mobil parkir, Irfan menaiki mobil dan berhasil meloncat pagar. Ia masuk ke halaman belakang rumah warga sekitar masjid.

Di situ Irfan melihat ada dua orang korban. Satu luka tembak bagian punggung, dan kedua luka pada bagian kaki. Irfan merasa dalam kondisi yang sangat panik, dan melihat beberapa orang yang menolong kedua korban tersebut.

Saat ketegangan mulai reda, Irfan menghubungi supervisor yang berada di kampus. Bahkan teleponnya diangkat ke atas agar suara tembakan terdengar supervisor. Penembakan itu berlangsung sekitar 5-6 menit.

“Saya menghubungi supervisor untuk memberi tahu supaya siapa saja yang ada di Kampus dilarang untuk menuju ke arah masjid. Saya juga WA ke KBRI di Wellington. Juga menghubungi teman-teman yang ada di laboratorium untuk memberitahukan ada penembakan,” cerita Irfan.

Sekitar 10 menit setelah penembakan, Irfan mendengar sirine polisi dan ambulan datang. Sekitar 20 menit setelah kejadian, korban yang berada di dekat Irfan mendapat pertolongan.

Mereka yang sembunyi dirumah penduduk ada 17 orang. “Kami sembunyi sekitar lima jam, mulai sekitar pukul 14.00 sampai 18.30 ada polisi datang. Polisi mengambil identitas dan memfoto kami. Pukul 19.00 diminta kumpul di halaman depan rumah penduduk dan dievakuasi menggunakan mobil van polisi. Pukul 19.30 saya diantar polisi sampai rumah dengan selamat,” kata Irfan.

Secara fisik tidak ada luka, tetapi goncangan psikis sangat kuat sekali. Sampai saat ini kami masih sangat tergoncang, apalagi melihat korban-korban. Tetapi support dari teman-teman sangat membantu untuk memulihkan trauma psikis ini.

Rektor UAD, Kasiyarno menyayangkan aksi penembakan terhadap umat Muslim yang sedang menunaikan shalat Jumat. Ia menilai, aksi tersebut sebagai aksi biadab yang dilakukan di negara beradab. “Kami bersyukur pelakunya sudah tertangkap,” kata Kasiyarno.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!