Oleh: Joko Triyanto, S.Kom. B.Sc. M.Pd.I.
Lembaga Dakwah DPP IMM
“Tetapi dia tidak menempuh jalan terjal. Tahukah kamu apakah jalan terjal itu? yaitu membebaskan perbudakan atau memberi makan pada hari kelaparan, anak yatim yang dalam pertalian kerabat, atau orang miskin yang bergelimang di atas debu.” (QS 90: 11-16).
Waktu berputar begitu cepat, Bulan Ramadan 1440 H yang penuh berkah, telah berakhir. Akhir Ramadan umat manusia siap menyambut Idulfitri 1 Syawal 1440 H. Hari raya sudah sepatutnya di maknai sebagai hari yang sakral, di mana setiap manusia bermuhasabah. Bukan justru di buat berfoya-foya apalagi menari di atas penderitaan saudara se iman.
Idulfitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan.
Jadi, Idulfitri bukan hanya membebaskan manusia dari makan dan minum, namun lebih dari itu, yaitu mengembalikan jiwa dan raga kepada yang sebenar benarnya Islam membebaskan dari ketidak adilan kezaliman, kelaparan kemiskinan dan lain lain. Idulfitri saatnya menyadarkan diri bersama untuk mewujudkan kemerdekaan yang sebenar-benarnya/hakiki.
Idulfitri selayakanya tidak hanya dimaknai sebagai hari bersenang senang dan bermaaf maafan saja. Namun, lebih dari itu adalah untuk mewujudkan Islam yang sebenar benarnya.
Mewujudkan Kemerdekaan adalah hak dan kewajiban setiap muslim, hal itu sesuai cita-cita bangsa dan juga agama. Agama Islam mengemban misi memerdekakan manusia dari perbudakan dan membebaskan mereka dari kemiskinan, kebodohan, penderitaan, dan kesengsaraan.
Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan juga membawa manusia dari kejahiliyahan atau kegelapan menuju jalan cahaya yang terang-benderang.
Hari raya adalah hari kemenangan yang seluruh umat Islam seharusnya merdeka. Jika pada Idulfitri ini masih ada banyak saudara se iman kita yang terzalimi, kelaparan, bodoh, miskin, munafik, dan tidak menjalankan perintah serta menjauhi laranganNya. Maka sesungguhnya Islam kita belum sempurna, hari raya tahun ini belum mampu kita pahami, amalkan, dan nikmati bersama.
Maka dari itu, penulis mengajak saudara semua untuk merayakan Idulfitri dengan benar, bukan dengan hanya berfoya-foya, pamer kekayaan, pamer kesuksesan duniawi, pamer status, dan lain sebagainya. Mari, pada Idulfitri ini kita bergerak bersama dengan memberantas kelaparan, kezaliman, kebodohan, kemiskinan, dan lain-lain. Agar terwujud kemerdekaan yang hakiki pada Idulfitri.