Investasi secara umum dimaknai sebagai penanaman suatu modal untuk mendapatkan keuntungan.
Istilah investasi ini lazim kita jumpai dalam dunia bisnis. Ketika seseorang berharap mendapatkan keuntungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, maka salah satu cara yang ditempuhnya adalah dengan menginvestasikan modalnya pada suatu usaha atau bisnis tertentu.
Selain itu, bisa juga dia menginvestasikan modalnya untuk membeli barang-barang yang diperkirakan nilai jualnya di masa mendatang akan selalu naik, seperti: properti, tanah, sawah, ladang, kebun dan lain sebagainya.
Kesemua hal yang saya sebutkan di atas adalah investasi dalam bentuk materi atau fisik. Padahal, kehidupan ini tidak melulu fisik atau materi. Ada sisi lain dari kehidupan ini yang tidak kalah pentingnya, bahkan lebih penting dari yang bersifat materi atau fisik tersebut, yaitu investasi dalam bentuk non-materi, yang akan memperkaya kualitas diri dan pribadi kita. Investasi yang saya maksud adalah ilmu.
Ya, ilmu adalah investasi tak kenal rugi. Investasi yang pasti dan selalu akan mendatangkan keuntungan. Jika investasi harta atau modal, sangat mungkin kita akan mengalami kerugian karena banyak hal. Kerugian terjadi, bisa karena salah perhitungan, karena faktor lain seperti bencana alam, misalnya, sehingga properti yang kita miliki rusak atau hancur. Kerugian juga bisa terjadi karena kejadian di luar prediksi kita, seperti kebakaran. Kejadian di luar prediksi ini, bisa membuat investasi berupa materi yang kita miliki musnah. Kasus kejadian luar biasa lain, seperti perusahaan tempat kita menanamkan modal gulung tikar dan bangkrut. Singkatnya, investasi berupa materi tidak menjamin keuntungan secara pasti.
Sedangkan investasi non-materi, dalam hal ini ilmu pengetahuan menjamin orang yang berinvestasinya merasakan keuntungan. Penjelasan tentang hal ini dapat kita simak dari dialog serta diskusi antara Imam Ali bin Abi Thalib dengan beberapa orang yang datang kepadanya untuk menanyakan tentang perbedaan antara ilmu dan harta.
Kita semua mafhum bahwa Ali bin Abi Thalib, salah seorang khalifah rasyidah, yang juga menantu Rasulullah SAW, dikenal sebagai seorang alim yang cerdas dan dalam ilmunya. Rasulullah SAW menyebut dirinya sendiri sebagai madinatul ‘ilmi (kota ilmu), sedangkan Ali bin Abi Thalib disebut sebagai babul ‘ilmi (pintu / gerbang ilmu).
Suatu ketika, Imam Ali ditanya oleh sekelompok orang yang ingin menguji kecerdasannya. Mereka mengajukan satu pertanyaan yang sama, tapi menghendaki jawaban yang berbeda. Ada sepuluh pertanyaan yang sama yang diajukan oleh sepuluh orang, tetapi dijawab dengan sepuluh jawaban yang berbeda.
Pertanyaan tersebut adalah tentang perbedaan antara ilmu dan harta. Berikut penjelasan Imam Ali tentang perbedaan antara keduanya:
1. Ilmu adalah warisan para nabi dan rasul, sedangkan harta warisan si Qorun.
2. Ilmu akan menjaga kita, sedangkan harta haruslah kita yang menjaganya.
3. Pemilik ilmu punya banyak teman, sedangkan pemilik harta punya banyak musuh.
4. Jika ilmu dipergunakan akan bertambah, sedangkan harta dipergunakan akan berkurang.
5. Ilmu takkan pernah tercuri, sedangkan harta mudah dicuri.
6. Pemilik ilmu akan selalu disebut mulia dan terhormat, sedangkan pemilik harta akan disebut pelit dan rakus.
7. Ilmu itu abadi, sedangkan harta akan musnah.
8. Ilmu akan menyinari hati, sedangkan harta akan mengeraskan hati.
9. Pemilik ilmu akan diberi syafa’at di akhirat, sedangkan pemilik harta akan dihisab.
10. Pemilik ilmu akan dimuliakan walaupun sedikit ilmunya, sedangkan pemilik harta disebut besar setelah banyak hartanya.
Dari keterangan Ali Bin Abi Thalib tersebut, jelaslah bahwa memiliki investasi berupa ilmu itu jauh lebih mulia dan bermanfaat daripada harta. Ilmu adalah investasi tak kenal rugi.
Ruang Inspirasi, Jumat (2/10/2020)