SEMARANG, MENARA62.COM – SD Muhammadiyah 8 Semarang atau yang sering disebut SD MAPANS mengadakan kegiatan akhir tahun dalam bentuk in house training dengan tema ‘Menjadi Guru yang Dirindu’, Jumat (30/12/2022).
Bertempat di aula SD setempat acara dibuka oleh ketua majelis Dikdasmen PCM Pedurungan, Suwardi. Dalam sambutannya dia menuturkan bahwa calon pemimpin itu bisa dilihat dari tempat duduknya orang yang ketika datang duduk paling depan, itulah jiwa-jiwa pemimpin. Selain daripada itu sifat pemimpin sebagaimana diwariskan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yakni Siddiq Amanah Fathonah dan Tabligh. “Kami selaku majelis sangat mengapresiasi kegiatan hari ini. Dengan mengucap bismillah acara kami buka,”tuturnya.
Sementara itu ustadzah Alifia Melati selaku kepala SD Muhammadiyah 8 Semarang menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah untuk persiapan semester baru menyambut kedatangan anak-anak dengan suka ceria. “Dan tentunya IHT ini bisa menambah soliditas para guru, semangat para guru dalam membangun sekolah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada ustad Pujiono yang sudah meluangkan waktu,”jelasnya.
Pujiono selaku motivator dalam acara tersebut menuturkan bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia. Kemuliaannya tidak bisa dinominalkan. “Maka kami ucapkan selamat, anda telah dipilih oleh Allah menjadi guru di sekolah Islam favorit di kota Semarang ini. Coba anda bayangkan jikalau anda ditakdirkan di sekolah yang maaf masih kecil, berkembang dan tentunya kesejahteraannya tidak sebesar di sini. Sebagai rasa syukur itu mari jalani profesi ini dengan sepenuh hati dengan menerima ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yang kedua tidak menzalimi profesi dan yang ketiga mau mengembangkan profesi guru,”tuturnya.
Masih menurut Pujiono, banyak guru yang masih belum “ngeklik‘ dengan profesinya, padahal profesi mulia ini bisa dikatakan Kencono, namun masih banyak orang yang melihat dirinya seperti wingko. Memandang profesi yang lain lebih baik, itulah manusia. Namun kenyataannya anda ditakdirkan oleh Allah menjadi guru di sekolah ini. Maka disitu bumi dipijak langit dijunjung jangan sia-siakan amanah Allah yang telah diberikan kepada kita, karena masih banyak sarjana-sarjana yang menghendaki profesi ini namun belum mendapatkan tempat,”imbuh Pujiono.
Dengan modal cinta mencintai profesi, semuanya yang berat akan menjadi ringan, dan sebagai penyemangat terlebih di sekolah Islam. Merawat sekolah Islam sama halnya merawat dakwah rasulillah, pahalanya Jannah bagi orang-orang yang ikhlas menjalaninya. “Yuk, saatnya kita tunaikan profesi ini dengan penuh dedikasi yang tinggi. Guru adalah teladan, laku dan kata harus seirama, tawadhu dan tentunya taat pimpinan,”ajaknya.
“Bagaimana guru mau menjadikan murid tertib, taat, disiplin jikalau dirinya tidak taat aturan/ pimpinan. Maka semua dimulai dari sini,”lanjut Pujiono
Pahala yang besar bagi guru-guru di tingkat dasar yang mampu memberikan landasan aqidah, amal, bagi siswa siswinya. Yakinlah skenario Allah itu terindah bagi hambanya, termasuk yang saat ini ditakdirkan jadi guru. Allah akan menunjukkan kuasanya bagi hambanya yang sabar dan tak pernah putus asa.
Begitu Pujiono motivator asal Boyolali yang juga Kepala SD Muhammadiyah PK Banyudono ini mengawali ceramahnya, baru kemudian menuturkan bagaimana cara menjadi guru yang dirindu. Guru yang dirindu adalah guru yang kehadirannya selalu dinanti, ucapan selalu padat berisi dan berimplikasi dituruti pada siswa. Maka guru harus selalu bisa membuat suasana senang dan gembira di kelas, pembelajaran tidak monoton dan kaya akan inovasi. Satu materi bisa disampaikan dengan banyak cara. Insya Allah dari sekilas, wajah-wajah guru penuh berkah. “Semoga SD Muhammadiyah 8 menjadi sekolah teladan dan terdepan di Kota Semarang,”harap Pujiono. Acara ditutup Ustad Rosyid dengan membuka beberapa quiz dan pertanyaan buat para guru. (*)