SINGARAJA, MENARA62.COM. Puasa Ramadhan 1445 H di tahun 2024 Masehi ini memang terjadi perbedaan hari pelaksanaan antara Kemenag RI dan Muhammadiyah. Namun perbedaan itu tidak menjadi penghalang masing-masing untuk menjalankan keyakinan atas pelaksanaan bulan Suci Ramadhan Tahun 2024 ini.
Perbedaan hari pelaksaanaan Puasa bukanlah hal yang baru pertama kali terjadi namun perbedaan ini sudah sangat sering terjadi dan semua pihak bisa saling hormat menghormati.
Jangankan perbedaan dengan sesama Muslim, tentu kita semua bisa saling mengerti dan saling memahami satu sama dengan lainnya. Apalagi diantara kita sesama anak bangsa yang memiliki keyakinan yang pastinya berbeda-beda.
Sebagaimana adanya kesamaan pelaksanaan hari Pengerupukan atau malam sehari sebelum pelaksanaan Nyepi ada kesamaan dengan warga Muhammadiyah yang melaksanakan shalat Taraweh malam pertama dihari itu, dan malam hari Nyepi bertepatan dengan pelaksanaan Malam pertama taraweh bagi warga Muslim yang mengikuti pemerintah.
Dalam pelaksanaan kedua hari raya atau prosesi agama yang dilaksanakan umat Islam yaitu Puasa dan Umat Hindu yaitu Hari Raya Nyepi sama sekali tidak mengganggu masing-masing dalam beribadah.
Keduanya bisa melaksanakan aktifitas ibadahnya dengan tenang dan saling menghormati dalam balutan toleransi yang sangat tinggi.
Memasuki hari ke 14 Puasa, acara berbuka puasa di Masjid Jami’ Singaraja agak berbeda, karena hari ini menjelang berbuka juga bertepatan diadaknnya upacara Melasti bagi Desa Adat Buleleng yang dilaksanakan di Eks. Pelabuhan Buleleng. Gemuruh gamelan yang terdiri dari beberapa sekehe sangat menggelegar, dan bertepatan juga kumadang Adzan bergemuruh. Ratusan saudara-saudara umat hindu dengan hikmad mengikuti upacara itu yang berbaris sambil jalan perlahan dari Eks. Pelabugan Buleleng hingga tak terlihat saking banyaknya.
Hingga Adzan Mahgrib berhenti, barisan dan suara gamelan yang menggema masih terus saja terdengar, sehingga membuat sebagian jamaah yang sedang berbuka berlari untuk sekedar melihat iringan-iriangan yang dihiasi banyak umbul-umbul dan beberapa sarana persembahyangan yang ditandu secara bersama-sama.
Tidak ada yang terganggu dan tidak ada yang ingin mengganggu, semua berjalan sebagaimana mestinya. Karena itulah toleransi yang sudah mendarah daging di hati kami para anak bangsa apapun agamanya.
Indahnya Toleransi Di Pulau 1000 Pura.
- Advertisement -