31.3 C
Jakarta

Ini Gejala Penyakit Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Penyakit jantung koroner merupakan jenis penyakit yang mematikan. Sekitar 45 persen kematian akibat penyakit jantung disumbang oleh penyakit jantung koroner (PJK).

Karena itu Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, KKV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Medical Centre (MMC) mengingatkan agar orang-orang yang berisiko terkena penyakit jantung koroner belajar mengenali gejalanya.

“Mengenali gejala penyakit jantung koroner penting untuk penanganan yang lebih baik,” kata Dr. Eka usai Talkshow MMC Hospital Introducing: Integrated Cardiovascular Centre, Kamis (23/1/2020).

Sebab PJK jika tidak tertangani dengan baik dapat memicu beberapa komplikasi yang berakibat fatal. Diantaranya serangan jantung, gagal jantung, nyeri dada (angina), gangguan irama jantung (aritmia), henti jantung, penyakit penyempitan pembuluh darah (arteri perifer), emboli paru, pembengkakan arteri dan henti jantung.

Untuk mengenali serangan jantung, lanjut Dr Eka, tidak terlalu sulit. Beberapa ciri serangan jantung yakni nyeri dada yang biasanya terasa di bagian tengah atau kanan atau kiri atau ulu hati, dapat terjadi lebih dari 15 menit atau lebih, rasanya seperti tertindih benda berat, atau dada seperti terikat, disertai penjalaran ke lengan kiri atau kadang-kadang kanan, leher, rahang, disertai keringat dingin, mual, kadang-kadang muntah, juga terjadi komplikasi sesak, lemah, pingsan dan kejang.

Untuk menangani kondisi seperti itu, lanjut Dr Eka,  diperlukan intervensi dengan menggunakan obat nitrat, oksigen, pengencer darah, pengontrol tensi dan jantung, pengontrol kolesterol dan peradangan dan obat lain yang dibutuhkan.

Gangguan irama jantung

Prof Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJK (K), dokter spesialis kardiovaskuler dari RS MMC menjelaskan bahwa normalnya jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Saat denyut jantung berdenyut cepat dia akan berdetak hingga 200 kali per menit. Sementara itu, denyut jantung melambat ketika denyut irama jantung terhitung 40 kali per menit.

“Gangguan irama jantung (aritmia) terjadi akibat pembentukan dan atau penjalaran impuls listrik sehingga memunculkan denyut jantung yang tidak beraturan. Denyut jantung berdetak cepat disebut takiaritma, sebaliknya denyut jantung yang melambat dikenal sebagai bradiartima. Bila aritmia tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen hingga kematian mendadak,” Prof. Yoga.

Menurutnya cara untuk menangani aritmia ini dengan metode pemasangan Left Atrial Appendage (LAA) Closure, strategi penanganan terbaik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penggumpalan darah di serambi jantung kiri.

Selain itu, dapat juga diatasi dengan metode Ablasi Kateter Elektronis yang lebih ampuh untuk menyembuhkan total dan tidak hanya meringankan gejala dengan tingkat keberhasilan sekitar 97 persen.

“Ablasi merupakan tindakan medis dengan minim invasive bagi penderita aritmia. Dengan menggunakan kateter elektroda yang akan dipasang di pembuluh darah vena atau arteri dilipatan pangkal paha ditujukan untuk ke jantung, ujung kateter elektroda akan menghancurkan sebagian kecil jaringan sistem hantaran listrik yang mengganggu irama di jantung hingga normal kembali. Alat ini akan secara kurat mengidentifikasi sumber utama penyakit artimia secara kasat mata,” jelas dr Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP (K), spesialis kardiovaskular RS MMC.

Melihat penyakit jantung ini bisa berakibat fatal, dr Roswin R Djafar, MARS, Direktur Utama RS Metropolitan Centre (MMC) memandang masyarakat mesti mendapatkan pelayanan penyakit jantung secara komprehensif. Oleh karena itu RS MMC membuka layanan Cardiovascular Centre ‘One Stop Service’.

“Cardiovascular Centre merupakan pelayanan yang terintegrasi. Artinya pasien dapat memperoleh pelayanan konsultasi bersama spesialis, diagnosa secara menyeluruh, pengambilan obat di lantai yang sama hingga terapi penyakit jantung coroner. Jika dibutuhkan lebih lanjut, pasien dapat melakukan terapi penyakit jantung coroner secara langsung seperti pemasangan ring dan operasi bypass jantung di lokasi yang sama,” tutup dr. Roswin.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!