JAKARTA, MENARA62.COM – Indonesia menjadi Negara yang mengirimkan jumlah jamaah haji terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak Negara ingin belajar dari Indonesia bagaimana menyelenggarakan ibadah haji dengan baik, satu diantaranya adalah Iran.
Dalam kunjungannya ke Kementerian Agama, Konsul Kebudayaan pada Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta Mehrdad Rakhshandeh mengatakan Iran memerlukan informasi yang lengkap terkait penyelenggaraan ibadah haji Indonesia sebagai pengirim jemaah terbesar.
Kehadiran Mehrdad diterima oleh Sesditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Harisman, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Direktur Bina Haji Khoirizi, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim, dan jajaran Ditjen PHU lainnya.
Menurut Sri Ilham, Konsul Kebudayaan pada Kedutaan Besar Republik Islam Iran dalam sambutannya menyampaikan bahwa Iran memerlukan informasi yang lengkap terkait penyelenggaraan ibadah haji Indonesia dan ingin belajar dari Indonesia.
“Konsul Iran ingin menggali informasi dari Indonesia, tentang bagaimana menyelenggarakan ibadah haji dengan sangat baik meski jemaahnya sangat banyak, terbesar jumlahnya di dunia,” ujar Sri Ilham di Jakarta, dalam siaran persnya, Kamis (7/2/2019).
Keberhasilan Indonesia dalam mengelola jamaah haji yang cukup besar tidak hanya diakui diakui Iran tetapi juga masyarakat dunia lainnya.
Kepada Konsul Kebudayaan Iran, Sri Ilham menjelaskan skema penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia. Menurutnya, sukses penyelenggaraan haji di Indonesia tidak terlepas dari sinergi berbagai pihak, utamanya pemerintah dengan DPR. Proses penyusunan anggaran juga dibahas bersama antara Pemerintah dengan DPR.
“Ditjen PHU juga terus mengembangkan sistem penyelenggaraan agar dapat optimal dalam memberikan pelayanan,” terang Sri Ilham.
Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, sistem keberangkatan jemaah haji diatur secara lebih transparan melalui sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu (Siskohat). Layanan didasarkan pada prinsip first come first served.
“Kami bekerja dengan prinsip untuk terus berupaya meningkatkan layanan kepada jemaah,” terang Sri Ilham.
Seluruh proses pengadaan layanan, lanjut Sri, dilakukan berdasarkan pembinaan dan pengawasan dari tim pengawas. Hal ini berdampak positif untuk memastikan seluruh layanan yang akan diberikan kepada jemaah haji sesuai dengan standar dan ketentuan.
“Terobosan dan inovasi terus kami upayakan dalam tiap tahunnya. Tahun ini misalnya, meski biaya haji sama dengan tahun lalu, namun kami terus mengupayakan adanaya peningkatan layanan. Insya Allah, tenda Arafah tahun ini dilengkapi dengan AC,” tutur Sri Ilham.
Pemerintah dan DPR telah bersepakat bahwa Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1440H/2019M sama dengan tahun lalu, yaitu rata-rata Rp35,235.602,-. Hal ini juga ditanyakan oleh pihak Konsul Kebudayaan Iran.
Menurut Mehrdad Rakhshandeh, trend saat ini biaya haji justru naik. Apalagi, Saudi telah menaikkan komponen biaya transportasi lebih dari 60%. Namun, Indonesia justru dapat mempertahankan agar BPIH tidak naik.
Akan hal ini, Sesditjen PHU Ramadhan Harisman menjelaskan bahwa biaya haji jemaah Indonesia sebenarnya berkisar Rp69 jutaan. Hanya, biaya yang dibebankan kepada jemaah rata-rata Rp35.234.602,-. Selebihnya ditanggung dari dana optimalisasi, hasil investasi keuangan haji selama ini.
Menurut Ramadhan, jemaah saat mendaftar membayar Rp25juta. Dana itu yang dikelola dengan ditempatkan di deposito dan sukuk. Hasil optimalisasi dana itu yang kemudian digunakan untuk ikut membiayai penyelenggaraan ibadah haji.
Pertemuan ini juga membahas seputar manasik haji. Dirbina Haji Khoirizi selaku penanggung jawab banyak bertukar informasi seputar pelaksanaan manasik haji bagi jemaah.
“Iran menawarkan kerjasama saling tukar informasi dan pengalaman khususnya di bidang penyelenggaraan ibadah haji. Ke depan diharapkan akan dilakukan dialog mulai dari manasik, struktur organisasi penyelenggaraan haji, teknis pembinaan jemaah, penyiapan akomodasi, konsumsi dan transportasi,” ujar Sri Ilham.