Jakarta, Menara62.com – Bagi umat beragama, rumah ibadah tidak hanya terbatas sebagai pusat kegiatan peribadatan saja. Lebih dari itu, rumah ibadah hadir sebagai simbol dan identitas umat yang turut mewarnai dimensi sosial, ekonomi, maupun politik. Di tengah gelombang pandemi COVID-19 kedua yang menghantam Indonesia, Masjid Istiqlal dan Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga Katedral Jakarta bergandengan tangan untuk memberikan bantuan sosial bagi warga sekitar yang terdampak pandemi. Kolaborasi dua rumah ibadah ini menitikberatkan bahwa agama yang berbeda-beda secara teologis dan konsepsi Ketuhanan pun bertemu pada satu titik yaitu nilai-nilai kemanusiaan. Titik temu ini berangkat dari satu pemahaman bahwa keberadaan rumah ibadah yang menduduki fungsi sentral dan strategis perlu dioptimalkan penggunaannya, baik dari segi fisik maupun kegiatan pemakmuran bagi umat.
Didukung penuh oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG), acara ini diselenggarakan di pelataran Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat pada Jumat, 13 Agustus 2021. Hadir dalam acara ini K.H Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal; Romo Agustinus Heri Wibowo, Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (HAK KWI); Romo Bernardus Christian Triyudo Prastowo, S.J, Pastor Rekan Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga Katedral Jakarta; Awaludin Iqbal, Corporate Secretary BULOG; serta perwakilan dari berbagai organisasi lintas agama yang turut menyukseskan acara ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Indonesian Islamic Youth Economic Forum (ISYEF), Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal (ARMI), dan BSI Muda.
Dalam sambutannya, K.H Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal menyampaikan apresiasi kepada HMI atas inisiatif organisasi ini dalam menggandeng tokoh-tokoh lintas agama untuk agenda kemanusiaan. “Apa yang kita saksikan pada hari ini, teman-teman menghadap ke Katedral di samping Masjid Istiqlal, itulah lambang Keindonesiaan yang sangat hidup. Sesulit apapun jalan yang kita hadapi saat ini, ini adalah kekayaan batin yang dimiliki anak bangsa dalam berbagi. Kita tidak boleh sendiri-sendiri dalam mengurus umat dan bangsa. Harus ada sinergi, karena di mana ada sinergi, di situ ada berkah,” ungkapnya.
Dengan semangat yang sama, Romo Agustinus Heri Wibowo, Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (HAK KWI) mengatakan, “Mengutip Paus Fransiskus, rumah ibadah adalah rumah sakit di median perang. Momen seperti ini menunjukkan universalitas serta persaudaraan lintas iman dan lintas kepercayaan yang terwujud dengan harmonis di Indonesia ini. Kiranya inisiasi dari dari kawan-kawan siang ini bisa menjadi inspirasi dan menular kepada orang muda di segala penjuru sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan dan kemanusiaan semakin diangkat dan dipulihkan.”
Saat memberikan laporan pertanggungjawaban, Firman Kurniawan Said, Ketua Panitia Gerakan Bantu Rakyat dari Rumah Ibadah menyampaikan, “Sudah bukan waktunya lagi berselisih antar umat beragama. Sebaliknya, kami hadir bersama PMKRI dan teman-teman lainnya untuk mengedepankan semangat persatuan di tengah perbedaan. Kami berharap, Gerakan Bantu Rakyat dari Rumah Ibadah dapat benar-benar menjadikan Rumah ibadah sebagai Episentrum untuk membangun kekuatan untuk bantu rakyat yg terdampak COVID-19.”
Penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan peran rumah ibadah untuk masyarakat dapat semakin dirasakan secara luas dan inklusif lagi. Seperti semangat yang diusung sejak awal cetusan ide ini, kolaborasi antar rumah ibadah dalam membantu warga sekitar seperti ini juga diharapkan menegaskan nafas persatuan dan kerukunan antar umat beragama yang terwujud dalam aksi konkrit bagi umat.