28.2 C
Jakarta

Iwan Junaedi: Ismuba Akan Jadi Pembelajaran yang Bermakna

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Majelis Pendidikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo menggelar workshop kurikulum Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab) pada Kamis (16/5/2024) di Aula Balai Dakwah Muhammadiyah, Keprabon, Solo. Acara tersebut menghadirkan narasumber Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr. Iwan Junaedi, S. Si., M. Pd.

Acara workshop diikuti oleh 180 orang yang terdiri atas kepala sekolah, wakasek kurikulum, wakasek ismuba dari SD, SMP/Mts, SMA/SMK Muhammadiyah, pengurus FGM Solo, dan tamu undangan.

Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah (PWM) Jawa Tengah, Dr. Iwan Junaedi mengatakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan mengeluarkan kurikulum baru Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyah, dan Bahasa Arab). Salah satu perbedaan kurikulum baru dan lama adalah kurikulum ini berbasis aktivitas dan program pembiasaan.
“Kurikulum baru ini, selain intrakurikuler, kokulikuler, dan ekstrakurikuler, juga ada program pembiasaan. Program pembiasaan inilah yang nanti pada praktiknya guru-guru akan terlibat. Semua guru akan menghandel kegiatan Hizbul Wathan, Tapak Suci, kegiatan harian, doa harian, tahfiz, tahsin, dan sebagainya,” jelasnya.

Iwan Junaedi menambahkan kegiatan-kegiatan akan dikelola semua guru yang memiliki kompetensi. Selain itu, terkait dengan jumlah jam belajar adalah tatap muka kira-kira 30 persen, 70 persen adalah implementasi di lapangan. Implementasi tersebut terkontrol dan terkendali dalam program pembiasaan. Itu yang membedakan kurikulum sekarang dengan sebelumnya. “Ismuba lebih implementatif dan tidak terlalu teoritis. Karena itu muatan materi Ismuba akan lebih kepada praktik-praktik harian dibanding tataran teoritis yang dihafal,” jelasnya.

Iwan Junaedi berharap Ismuba akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Artinya Ismuba akan menjadi praktik kehidupan tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Ke depannya akan terbangun generasi yang berbeda dengan sebelumnya karena mereka terbangun dari kebiasaan dari dalam sekolah dan juga luar sekolah. Ini adalah praktik keagamaan yang dijalankan, dilaksanakan, dan diamalkan. (*)

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!