JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir satu tahun membuat Indonesia diambang resesi ekonomi. Ancaman resesi ekonomi tersebut terlihat dari menurunnya produk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
“Pada kuartal terakhir tahun 2020, pertumbuhan ekonomi nasional minus 2,1 persen. Dalam situasi sudah minus, angka kasus Covid-19 di tanah air sampai sekarang masih belum bisa reda,” kata Staf Ahli Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Nasional tertema Strategi Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Resesi Ekonomi yang digelar Institut STIAMI, Sabtu (6/2/2021).
Resesi ekonomi adalah tahap alami dari siklus hidup ekonomi. Resesi ekonomi memiliki efek domino pada perekonomian sebuah negara. Beberapa efek domino dari resesi ekonomi, pertama,aktivitas ekonomi tidak akan semasif seperti kondisi non-resesi. Jika aktivitas ekonomi berkurang, maka umumnya permintaan terhadap barang dan jasa juga akan ikut melambat.
Kedua, perusahaan akan berupaya melakukan efisiensi operasional salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketiga, gelombang PHK akibat rentetan peristiwa tersebut menambah jumlah pengangguran.
Kemudian keempat, ketika pendapatan masyarakat berkurang, akhirnya aktivitas konsumsi juga ikut terkikis atau berkurang. Kelima, saat sumber pendapatan telah berkurang atau habis terdapat tambahan jumlah penduduk miskin semakin besar.
Untuk menghadapi ancaman resesi ekonomi, menurut Yustinus, kesiapan pemerintah dalam menyusun langkah pemulihan menjadi sangat krusial. Terutama terkait kebijakan fiscal sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi nasional.
Diakui pemerintah terus melakukan ikhtiar dengan kebijakan-kebijakan ekstra ordinary. Misalnya mengubah postur APBN yang dilakukan secara terbuka. Dalam perubahan postur APBN ini pemerintah merevisi target pendapatan dan memperhitungkan potensi defisit anggaran.
“Upaya-upaya ekstra ordinary terus kita lakukan guna menghindari fase depresi ekonomi,” tambahnya.
Rektor Institut STIAMI Prof Dr Ir Wahyudin Latunreng mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bergantung pada upaya pemerintah dalam menyalurkan stimulus pemulihan ekonomi nasional. Para pengusaha pun harus mulai menyiapkan strategi guna mempertahankan bisnisnya di tengah kelesuan ekonomi.
Oleh karena itu, pemerintah harus segera mempersiapkan langkah pemulihan, agar dampaknya tidak menjadi semakin parah dan menimbulkan kepanikan. Dengan melihat fakta ini, strategi yang bisa dilakukan sebagai tindak antisipasi resesi ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada beberapa sektor, diantaranya Pemerintah dalam menetapkan kebijakan (dalam hal ini Kebijakan Fiskal), kesiapan pengusaha dan UMKM dalam mempertahankan bisnis atau usahanya, serta kemampuan masyarakat dalam bertahan seraya dengan pandemi dan resesi yang tengah terjadi.
Bertitik tolak dari masalah tersebut, dalam Seminar Nasional kali ini Institut STIAMI sengaja mencoba menghadirkan sejumlah pembicara yang kompeten untuk membahas strategi Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi dari aspek kebijakan dan aspek industri. Diantaranya strategi bisnis dalam menghadapi resesi ekonomi, strategi ketahanan masyarakat dalam menghadapi resesi ekonomi dan penguatan UMKM dalam menghadapi resesi ekonomi.
“Seminar nasional ini kita gelar dalam rangka memberikan masukan kepada pemerintah terkait kebijakan strategis yang bagaimana untuk menghadapi resesi ekonomi selama pandemi,” tutup Rektor.
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Dr Novianitas Rulandari M.Si, CIQar menjelaskan seminar nasional kali ini membahas strategi kebijakan dalam menghadapi resesi ekonomi, membahas hambatan dan tantangan dalam penguatan masyarakat dalam hal ini UMKM dalam menghadapi resesi ekonomi serta mencoba merekomendasikan rumusan seminar kepada para pemangku kepentingan (pemerintah dan industri)
Selain membahas berbagai strategi dalam menghadapi ancama resesi ekonomi, seminar nasional juga menampilkan 29 paper dari 79 autor dosen Institut STIAMI.
Seminar nasional yang diikuti lebih dari 700 mahasiswa dan dosen tersebut juga dihadiri Ketua Pengurus Yayasan Ilomata Amrulloh Satoto, dan jajaran pimpinan Institut STIAMI lainnya.