JAKARTA, MENARA62.COM — Jember Jadi Pusat Batik Ecoprint? Niat Kabupaten Jember, Jawa Timur untuk menjadi pusat batik ecoprint, mendapat dukungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Situs Antaranews.com melansir, Sandiaga mengatakan dirinya siap membantu mempromosikan Batik Ecoprint Jember ini. “Saya ikut bangga dengan hasil yang dicapai Jember saat ini. Memang Jember semakin keren,” ujar Sandiaga, Ahad (15/1/2023).
Secara ringkas, ecoprint merupakan teknik “melukis” dan pewarnaan alami dengan cara menempel bentuk asli tumbuh-tumbuhan seperti daun atau bunga, ke permukaan kain dengan tata letak sesuai selera pembuat.
Teknik Ecoprint
Proses pembuatan batik ecoprint, sebetulnya tidak terlalu rumit. Teknik membuat ecoprint ini prosesnya sederhana. Teknik ini tidak membutuhkan mesin, sehingga tentu saja lebih ramah lingkungan. Bahan yang digunakan pun, ramah lingkungan dan disediakan oleh alam.
Prosesnya, kain yang akan digunakan, harus dinetralisir dulu dengan direndam larutan tawas selama sehari. Setelah dibilas tanpa deterjen, kemudian dikeringkan dan diletakkan di lantai yang sudah dialasi plastik. Langkah selanjutnya, daun-daun kering yang sudah menguning, ditata di kain tersebut sesuai estetika pembuatnya. Setelah dirasa cukup, kemudian ditutup plastik lagi, dan dilipat. Besarnya lipatan disesuaikan dengan alat pengukus kain. Berupa, gulungan pipa dan diberi tali.
Proses pengukusan sendiri, dilakukan minimal selama dua jam. Setelah diangkat, ditiriskan dan didinginkan, gulungan kain dibuka, sehingga kita bisa mengambil daun-daun yang menempel. Daun-daun ini, bisa dijadikan kompos.
Kain kemudian dikeringkan, tanpa dijemur langsung dibawah sinar matahari. Jadi kain, hanya diangin-anginkan saja. Biasanya, semakin lama proses mengangin-anginkan ini, hasilnya oksidasi klorofil daun akan semakin kuat masuk ke pori-pori kain. Sehingga, warnanya nanti tidak mudah pudar.
Sebagai langkah akhir, dilakukan fiksasi atau pengunci warna dengan cara merendam kain di air kapur, air tawas atau air tunjung (fragmentasi besi berkarat). Perendaman ini untuk memperkuat warna, agar tidak mudah luntur. Prosesnya, biasanya sekitar lima menit. Kemudian diangin-anginkan lagi selama paling tidak empat hari.
Teknik membatik dengan ecoprint, di Indonesia mulai populer tahun 2016. Meski sebetulnya, manusia sudah mengenal proses pembatikkan yang ramah lingkungan ini sekitar sejak abad ke-5 Masehi. Sebelumnya, dikenal istilah botanical printing. Perkembangannya sangat populer hingga abad ke-15 Masehi. Ketika itu, seniman Eropa, banyak yang memanfaatkan unsur dan bentuk serta warna dedaunan, bunga, ranting, sebagai obyek interior. Baru pada abad berikutnya, guratan seni itu dilekatkan pada kain.