JAKARTA, MENARA62.COM — Presiden Joko Widodo pada Senin (26/8/2019) memutuskan memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur (Kaltim).
Presiden mengungkapkan lima alasan memilih Kaltim sebagai ibu kota baru Indonesia. Pertama, risiko bencana minimal baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor. Kedua, lokasinya yang strategis berada di tengah-tengah Indonesia.
Ketiga, berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap. Kelima, telah tersedia lahan yang dikuasai pemerintah seluas 180 ribu hektare.
Pemindahan ibu kota ini,menurut Joko Widodo, bukan satu-satunya upaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pembangunan Pulau Jawa dan Luar Jawa. Selain itu, pemerintah akan membangun industrialisasi di luar Jawa berbasis hilirisasi sumber daya alam.
Ia menyebutkan, Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan dan terus dikembangkan menjadi kota bisnis, kota keuangan, pusat perdagangan dan pusat jasa berskala regional dan global.
Presiden mengungkapkan, pada pagi hari kemarin, sudah berkirim surat ke ketua DPR RI untuk mendapatkan dukungan atas rencana pemindahan ibukota. Surat itu, dengan dilampiri hasil kajian calon ibukota baru. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah akan mempersiapkan rancangan UU yang akan disampaikan pada DPR.
Tahun 2020, mulai konstruksi pembangunan ibu kota baru, dan paling lambat direncanakan tahun 2024 proses pemindahan ibu kota sudah bisa dilakukan.
Presiden Joko Widodo menyebutkan, pendanaan pemindahan ibu kota ini total diperkirakan Rp 466 triliun. Sebanyak 19 persen berasal dari APBN, yang berasal dari skema kerjasama pengelolaan aset di ibukota baru dan DKI Jakarta. Sisanya berasal dari KPPU, kerjasama pemerintah dan badan usaha, serta investasi langsung swasta dan BUMN.
Sejarah
Soal aspek historis yang menyertai lokasi calon ibu kota, amat menarik jika melongok pada sejarah. Kutai Kartanegara khususnya, punya perjalanan panjang dalam sejarah di Indonesia. Prasasti Kutai dan Kerajaan Kutai Martapura, hingga kini punya catatan penting soal kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Berdasarkan dinas pariwisata Kutai Kartanegara, sejarah panjang Kutai Kartanegara bisa dirunut dari kawasan Muara Kaman. Lokasinya memang lebih dekat dengan Kota Samarinda, sedangkan lokasi ibu kota baru lebih dekat ke Kota Balikpapan.
Muara Kaman merupakan daerah cikal bakal berdirinya Kerajaan Kutai pada abad IV dengan rajanya yang terkenal yakni Raja Mulawarman. Muara Kaman, diklaim sebagai sentral Kerajaan Hindu tertua pada abad IV.
Bukti adanya Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martapura tercatat pada enam Prasasti Yupa. Salah satu prasasti menjelaskan Kerajaan Kutai terletak di Muara Kaman. Raja Kudungga disebut sebagai pendiri kerajaan dari Kutai.
Sampai saat ini bukti sisa kebesaran Kerajaan Kutai yang masih dapat dijumpai di Muara Kaman adalah sebuah batu berbentuk balok panjang yang disebut Lesong Batu. Batu ini lah yang menjadi bahan untuk membuat prasasti yupa pada masa kejayaan kerajaan Hindu tertua di Indonesia tersebut.
Lesong Batu merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Hindu Kutai di bawah kepemimpinan Raja Mulawarman Nala Dewa.
Bila ditarik ke Jakarta yang kini masih sebagai ibu kota Indonesia, kota ini juga punya perjalanan sejarah yang panjang, termasuk soal jejak kerajaan Hindu di wilayah yang kini disebut sebagai DKI Jakarta.
Di Cilincing Kawasan Jakarta Utara sempat ditemukan prasasti Tugu yang merupakan prasasti terpanjang yang dikeluarkan oleh Purnnawarman, Kerajaan Hindu Tarumanegara.
Prasasti ini berisi keterangan mengenai penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnnawarman diperkirakan berasal dari pertengahan abad V, secara usia memang lebih muda dari Prasasti Kutai.
Apakah keputusan pindah ibu kota ke Kalimantan Timur, khususnya di Kutai Kartanegara, bagian dari perjalanan mengulang pusat peradaban di wilayah Indonesia? Apa pemindahan ini punya makna upaya membangun kembali kebesaran kerajaan Hindu tertua di Indonesia? Hanya sejarah yang akan menjawabnya.