Oleh : Hendro Susilo *)
MENARA62.COM – Kamis, 5 Mei 2022 telah dilaksanakan pengumuman kelulusan bagi siswa SMA. Momentum kelulusan tahun ini mungkin tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Euforia kegembiraan kelulusan SMA di tahun-tahun di mana masih ada Ujian Nasional (UN) diwarnai berbagai dinamika kejadian seperti halnya konvoi kendaraan, corat-coret baju seragam, bahkan sampai di beberapa daerah terjadi tawuran pelajar. Tahun ini, pengaruh pandemi dan kebijakan pendidikan dari kemendikbudristek sedikit banyak mempengaruhi dinamika fenomena kelulusan di SMA tahun ini.
Menarik mencermati artikel yang ditulis Mahir Martin, M.S di salah satu media online yang menuliskan tentang perwajahan pendidikan di SMA pada bulan April. Tulisan tersebut menggambarkan realita yang terjadi di lapangan terkait praktik pendidikan yang dilaksanakan di SMA. Fase akhir tahun pelajaran bagi siswa kelas XII SMA adalah ujian akhir dan ujian praktik serta ditutup dengan pengumuman kelulusan.
UN memang menjadi polemik sehingga UN saat ini dihapuskan. Kelulusan kembali ditentukan sekolah, terkadang muncul stigma bahwa guru akan meluluskan siswa sehingga membuat siswa tidak lagi merasa setegang dulu ketika masih ada UN. Bahkan, Mahir Martin menyoroti tentang ujian seleksi masuk universitas yang bernama UTBK dan ujian mandiri yang tidak semua sekolah SMA memfasilitasi siswanya, sehingga siswa lebih banyak belajar di bimbel untuk menghadapi ujian masuk seleksi di universitas.
Tulisan ini akan mempertajam dan memperkaya tentang apa yang telah disampaikan oleh Mahir Martin. Momentum kelulusan dan perpisahan menjadi refleksi bagi guru untuk mengingatkan kembali siswa tentang esensi pendidikan. Bahwa pendidikan tidak hanya sekedar mengejar predikat kelulusan, terlebih hanya untuk mendapat selembar ijazah. Pendidikan adalah tentang membangun makna dalam kehidupan. Saya pun sependapat dengan hal tersebut, Terlebih bagi sekolah SMA Muhammadiyah yang memiliki karakter pendidikan integratif.
Ber-Akhlak dan Mencintai Ilmu
Fenomena kehidupan modern saat ini bisa menjadi refleksi bagi insan pendidikan untuk mawas diri dan menanamkan karakter/akhlak yang baik pada siswa. Terlebih di era disrupsi yang membawa dampak perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan. Fenomena anak muda dengan istilah Crazy Rich saat ini yang memamerkan penghasilan uang walaupun dengan cara yang tidak halal patut mendapat perhatian dunia pendidikan. Bisa kita bayangkan bagaimana ketika contoh kehidupan pragmatis yang dipraktikkan anak-anak muda (crazy rich) dijadikan cerminan bagi siswa lulusan SMA?
Agama Islam memandang kedudukan akhlak bersamaan dengan ilmu. Fungsi keduanya tidak dapat dipisahkan dalam membentuk masyarakat yang ideal. Semakin cakrawala keilmuan luas, maka akan berbanding lurus dengan keluhuran budi pekerti (akhlak) seseorang di tengah masyarakat. Sekolah Muhammadiyah sangat memperhatikan betul terkait pembentukan akhlak dan ilmu yang luas bagi siswa. Maka, pendidikan integratif ini menjadi ciri khas di pendidikan Muhammadiyah.
Metode penanaman akhlak kepada siswa dipraktikkan di sekolah. Guru harus menjadi role model dan teladan dalam mencari dan menerapkan ilmu dalam kehidupan. Dalam pembelajaran, menjadikan semua pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cerminan diri dapat dilakukan guru sebagai metode untuk memperkuat akhlak siswa. Banyak fenomena yang terjadi di masyarakat yang dapat dijadikan cerminan dan contoh baik maupun buruk sebagai refleksi penguatan akhlak dan karakter pada siswa.
Introspeksi dan mawas diri juga harus ditanamkan kepada siswa jika kita ingin memperkuat akhlak. Introspeksi merupakan proses pengamatan terhadap diri sendiri dan pengungkapan pemikiran dalam yang disadari. Dalam proses pembelajaran, siswa dibimbing agar melakukan introspeksi diri dan bagaimana cara penerapannya dalam kehidupan. Metode seperti yang telah disebutkan diatas bisa membantu dalam membangun akhlak dan karakter siswa.
Ilmu sesungguhnya akan mendorong kita mengenal sang Pencipta (khalik). Semakin dalam kita memahami hakikat ilmu, maka sesungguhnya kita akan semakin dekat dengan Allah SWT. Bila visi misi lembaga pendidikan bertujuan menciptakan insan beriman dan bertakwa, maka sudah sepantasnya akan mendorong pada proses siswa untuk mencintai ilmu. Beragam metode dalam melayani siswa untuk memperoleh sebuah ilmu pengetahuan harus dipraktikkan sekolah.
Bagi sekolah tingkat SMA di Muhammadiyah, ilmu dan akhlak harus menjadi prioritas yang dimiliki lulusannya. Siswa SMA yang akan menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi di tingkat universitas, harus dibekali dengan ilmu yang cukup agar siap menapaki nuansa akademik di tingkat perguruan tinggi serta dibekali dengan akhlak /karakter yang menjadi modal untuk bergaul dan berinteraksi dalam kehidupan kampus dan masyarakat.
Hal diatas dapat diwujudkan pembuktiannya dengan memberikan layanan pendidikan agar siswa siap memasuki perguruan tinggi dengan memiliki nilai UTBK yang baik sebagai standar ukuran siap memasuki program studi tertentu d kampus. Pembinaan ujian masuk ke perguruan tinggi bagi siswa di SMA Muhammadiyah harus dilakukan sebagai perwujudan mencintai ilmu pengetahuan. Akhlak kejujuran dalam setiap ujian seleksi pun menjadi hal utama yang dilakukan siswa. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian agar menjadi bermakna dalam kehidupan. Dan, proses kelulusan siswa SMA menjadi langkah awal menuju gerbang kehidupan semesta yang memiliki makna kebaikan untuk masyarakat.
*)Guru di SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta