JAKARTA, MENARA62.COM – Keputusan pemerintah, DPR dan penyelenggara Pemilu untuk tetap melanjutkan Pilkada serentak pada 9 Desember 2020 mendapat respon beragam dari masyarakat, mulai dari tokoh, lembaga negara, hingga ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Respon tersebut terkait dengan masih tingginya angka penularan Covid-19 di sebagian besar daerah yang akan menggelar hajatan Pilkada 2020.
Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni mengatakan menunda pelaksanaan Pilkada pada Desember nanti bukan hal yang tidak mungkin dilakukan.
“Sebenarnya, penundaan pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 bukan hal yang mustahil karena diatur dalam UU No 6 Tahun 2020. Ada beberapa pasal yang membahas tentang penundaan pilkada,” ujar Sylviana melalui keterangan tertulis, Rabu (23/9/2020).
Sylvi menjelaskan, dalam Pasal 120 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020, disebutkan, tahapan pilkada bisa tidak dapat dilanjutkan apabila ada bencana non-alam. Dalam hal ini, COVID-19 telah ditetapkan sebagai bencana non-alam berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020.
“Fokus pada urusan kemanusiaan lebih penting daripada politik,” lanjutnya.
Desakan untuk menunda Pilkada juga datang dari tokoh Tanah Air, salah satunya Profesor Doktor Azyumardi Azra Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Azyumardi dalam cuitannya di twitter secara terang-terangan menyatakan untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada Pilkada, Desember mendatang.
“Saya Golput Pilkada 9 Desember 2020 sebagai ungkapan solidaritas kemanusiaan bagi mereka yang wafat disebabkan wabah korona atau terinfeksi COVID-19. Pilkada di masa pandemi yang terus meningkat sekarang tanpa ada tanda pelandaian juga sangat membahayakan kesehatan pemilih,” cuit di akun twitter pribadinya @Prof_Azyumardi, Selasa (22/9/2020).
Menurut dia, memaksakan untuk melanjutkan Pilkada akan berpotensi meningkatkan jumlah warga yang terinfeksi virus tersebut, kesehatan masyarakat tidak terjamin dengan baik pada saat pandemi dan banyak pemilih Indonesia yang lanjut usia sehingga rawan tertular virus tersebut.