WONOGIRI, MENARA62.COM – Kehadiran Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong transformasi pendidikan lebih cepat terutama terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka. Karena itu Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah mendorong guru-guru muda untuk mengikuti program Guru Penggerak.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri, Sriyanto kepada media di kantornya Kamis (7/12/2023).
Ia mengatakan Kabupaten Wonogiri saat ini baru memiliki 376 orang Guru Penggerak. Dengan jumlah yang masih terbatas tersebut tentunya transformasi pendidikan tidak akan bisa dilakukan secara cepat dan massif. “Karena itu selain kami mendorong guru-guru muda mengikuti program Guru Penggerak, kami juga memohon agar pemerintah pusat membuka kesempatan untuk menjadi Guru Penggerak ini selebar mungkin,” kata Sriyanto.
Diakui Sriyanto, transformasi pendidikan dari Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka merupakan bentuk transformasi pendidikan yang benar-benar baru. Berbeda ketika dilakukan transformasi pendidikan dari Kurikulum 2006 menuju Kurikulum 2013. “Dua kurikulum tersebut masih ada cantolannya, masih saling nyambung. Kalau Kurikulum Merdeka itu ibarat mahluk baru, sangat berbeda dengan kurikulum yang sudah pernah ada dan berlaku di Indonesia selama puluhan tahun,” lanjutnya.
Perbedaan yang cukup mendasar pada Kurikulum Merdeka inilah yang mendorong perlunya kehadiran Guru Penggerak. “Kami bersyukurnya ketika pemerintah pusat meluncurkan Kurikulum Merdeka, bersama itu pula dilakukan pengawalan implementasi di lapangan melalui kehadiran Guru Penggerak dan Balai Besar Mutu Pembelajaran,” ujar Sriyanto.
Oleh sebab itu, ia mengusulkan agar kesempatan untuk menjadi Guru Penggerak ini dibuka selebar mungkin terutama untuk guru-guru muda. Dengan cara demikian maka akan lebih banyak Guru Penggerak yang dimiliki oleh daerah untuk mengawal implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan. Sebab Guru Penggerak menjadi titik sentral dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Untuk mempercepat transformasi pendidikan, Kabupaten Wonogiri menargetnya pada 4 tahun ke depan, 2000 guru dari 8.000 guru yang ada sudah mengikuti program Guru Penggerak.
Guna mempercepat target jumlah Guru Penggerak tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri akan melakukan berbagai upaya. Di antaranya mendorong Pemkab mengalokasikan anggaran bersumber APBD untuk mendukung Guru Penggerak, memberikan peluang lebih besar menjadi kepala sekolah bagi Guru Penggerak yang sudah lulus dan memenuhi persyaratan.
“Selain itu kami juga akan melakukan pendampingan dan memperbanyak pelatihan bagi guru-guru yang berminat mengikuti program Guru Penggerak ini, agar tingkat kelulusan menjadi semakin besar,” katanya.
Diakui Sriyanto, animo guru di Kabupaten Wonogiri untuk mengikuti program Guru Penggerak sebenarnya cukup tinggi. Salah satu indikatornya adalah jumlah pendaftar pada setiap angkatan, bisa mencapai lebih dari 1000 orang guru. Namun dalam seleksi administratif masih banyak guru yang berguguran. “Banyak hal yang mereka belum paham, terutama soal teknis sehingga mereka tidak lolos seleksi. Apalagi passion grade yang ditetapkan pemerintah pusat cukup berat buat kami guru-guru di daerah,” tambahnya.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu wilayah yang berhasil menerapkan program guru penggerak. Menurut data Ditjen GTK Kemendikbudristek, dari total 376 guru penggerak, 88 orang di antaranya berhasil menjadi kepala sekolah.