26.7 C
Jakarta

Kebahagiaan yang Hilang

Baca Juga:

Salah satu penyakit akut yang diderita oleh masyarakat modern adalah ‎hilangnya makna hidup (the meaning of life). Lebih konkret lagi adalah ‎hilangnya kebahagiaan (happiness).‎
‎ ‎
Mereka berjibaku sekuat tenaga di tengah pusaran arus modernisasi ‎dan globalisasi ini untuk dapat meraih kesuksesan; kekayaan, jabatan, ‎popularitas, dan sebagainya. Tetapi, setelah kesuksesan yang mereka ‎perjuangkan mati-matian itu mereka dapatkan, mereka merasakan ‎kegamangan hidup. Harta mereka berlimpah, tapi jiwa mereka selalu resah. ‎Jabatan prestisius dapat mereka gapai, tapi batin mereka tak pernah bisa ‎damai. Popularitas menjulang berhasil mereka raih, tetapi hati mereka selalu ‎merasa sedih. ‎

Sungguh ironis, di saat kesuksesan hidup telah mereka dapatkan, di ‎saat yang sama pula jiwa mereka terasa hampa. Kondisi seperti inilah yang ‎kemudian memunculkan istilah ‘The Hollow Man”, alias manusia-manusia ‎kosong. Mereka tidak tahu lagi arah dan tujuan hidup ini. Dari sisi materi ‎mereka tidak kekurangan, bahkan berlimpah, tetapi sisi ruhani mereka ‎gersang, kering kerontang. Fisik mereka sehat, namun jiwa mereka kosong ‎dan rapuh.‎

Apa yang selama ini mereka anggap sebagai kebahagiaan, pada ‎hakekatnya hanyalah kesenangan semu (pseudo pleasure) yang bersifat ‎sementara, bukan kebahagiaan yang sesungguhnya.‎

Kondisi masyarakat yang demikian memprihatinkan ini, pada gilirannya ‎akan melahirkan distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang ‎disebabkan oleh kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap untuk ‎mengarungi samudera peradaban modern.‎

Di saat seperti inilah, manusia membutuhkan petunjuk yang ‎mengarahkannya menuju ketenteraman batin. Jiwa mereka yang telah lama ‎gersang, mendambakan siraman spiritual sehingga kembali bangkit penuh ‎optimisme menyambut hari esok yang lebih baik.‎

Berkenaan dengan kehidupan modern dewasa ini, di mana sebagian ‎besar manusia terlelap dalam pelukan nafsu duniawi yang mengedepankan ‎pemenuhan materi dan mengabaikan nilai-nilai spiritual, Al-Qur’an, sebagai ‎Kitab Suci umat Islam, berpagi-pagi mengingatkan bahwa kehidupan di dunia ‎ini hanyalah sementara. “…Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akirat ‎itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa. Dan kamu tidak akan dianiaya ‎sedikit pun.” (Q.S. An-Nisa: 77).‎

Dalam ayat lain disebutkan, “…Dan kehidupan dunia ini tidak lain ‎hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadid: 20). Selain dua ayat ‎tersebut, Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya menyatakan, “Dunia ‎adalah ladang untuk kehidupan akhirat.”‎

Dari sejumlah keterangan ayat dan hadis yang telah penulis uraikan di ‎atas, dapat dipahami bahwa kesenangan duniawi adalah kesenangan yang ‎menipu yang hanya sesaat saja kita rasakan. Sementara kebahagiaan hakiki ‎adalah kebahagiaan ukhrawi yang bersifat abadi.‎

Dengan demikian, maka alangkah naifnya jika kehidupan dunia yang ‎sementara ini menjadi tujuan utama kita, hingga melupakan kehidupan kita ‎sesungguhnya di akhirat kelak.‎

Kebahagiaan di dunia ini tidak akan berarti apalagi bermakna, ketika ‎jalan kehidupan yang kita tempuh jauh dari nilai-nilai Ilahi. Apa yang kita ‎sebut dengan kebahagiaan, bisa jadi hanyalah kesenangan sesaat yang semu ‎dan nisbi. Kita senang karena mendapat apa yang kita inginkan, meskipun ‎cara yang kita tempuh untuk mendapatkan keinginan itu tidak sesuai bahkan ‎menyimpang dari ajaran agama.‎

Kebahagiaan sejati adalah ketika kita meraih apa yang kita inginkan, ‎mendapatkan apa yang kita citakan, dengan tetap mengindahkan aturan-‎aturan Allah yang termaktub di dalam kitab suci, atau yang telah diteladankan ‎oleh Nabi SAW.

Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang bertahan ‎lama, tidak hanya bersifat sementara. Inilah kebahagiaan yang penuh makna. ‎Kebahagiaan yang dinikmati, tidak hanya oleh diri sendiri, tetapi juga oleh ‎sesama.‎

Al-Qur’an melalui sejumlah ayatnya menunjukkan kepada kita bahwa ‎kebahagiaan hakiki hanya akan kita dapati di akhirat nanti, ketika kita hidup ‎di dunia ini menempuh jalan yang diridlai Allah SWT.‎

Ruang Inspirasi, Ahad (15/3/2020).

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!