JAKARTA, MENARA62.COM – Satuan pendidikan vokasi, baik sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi maupun lembaga kursus dan pelatihan, telah banyak mencetak sumber daya manusia (SDM) kompeten yang siap bersaing hingga global, terlebih pascapandemi. Salah satu bidang pendidikan vokasi yang turut meningkatkan percepatan pemulihan ekonomi Indonesia adalah bidang kemaritiman baik formal maupun nonformal.
“Keberhasilan pendidikan vokasi bidang kemaritiman ini dibuktikan melalui lulusan yang benar-benar menjawab dan memenuhi tantangan dunia kerja maritim level internasional,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto di Jakarta, Senin (18/4).
Pasalnya, ketautsesuaian (link and match) dengan mitra (stakeholder) nasional dan luar negeri, telah semakin mengarahkan kurikulum dan sistem pembelajaran pendidikan vokasi untuk menciptakan lulusan yang kompeten, terampil, unggul dan berdaya saing, serta tentunya berstandar internasional.
“Ratusan SDM lulusan kampus vokasi kemaritiman, serta ratusan hingga bahkan ribuan SDM lulusan lembaga kursus dan pelatihan vokasi kemaritiman terserap dengan cepat oleh perusahaan-perusahaan pelayaran dan perkapalan luar negeri,” tutur Wikan.
Ia mencontohkan, dari sekian banyak kampus vokasi, SMK maupun Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) bidang kemaritiman di Indonesia, di antaranya terdapat dua institusi yang mencetak capaian-capaian yang berkelas dunia, yakni Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) dan LKP Overseas Training Center (OTC) Bali.
Sebagai perguruan tinggi vokasi, peran dan peluang dari SDM kompeten yang dihasilkan oleh Polimarin telah terbukti diakui dunia usaha, industri maupun kerja (DUDIKA). Kampus yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, ini melayani bidang kemaritiman, khususnya pelayaran dan kepelabuhanan. Polimarin tercatat telah melahirkan banyak SDM yang berperan aktif dalam roda perekonomian dan proses perdagangan nasional hingga dunia.
Dirjen Wikan mengatakan, Polimarin berhasil mencetak SDM maritim yang unggul melalui kerja sama dengan DUDIKA, sehingga memperoleh output para alumni yang berkompeten sesuai kebutuhannya. Lebih lanjut Wikan menjelaskan, keterlibatan DUDIKA dalam program “link and match” tersebut terdiri atas 1) input di mana industri meminta kriteria dan standar SDM yang mereka inginkan, 2) process yakni industri terlibat dalam membangun kurikulum serta mendidik mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, 3) output di mana industri terlibat dalam menentukan capaian pembelajaran, bahkan profil lulusan sesuai bidang keahlian dan penempatan di industri nantinya, dan 4) outcome yakni Polimarin dan DUDIKA membangun sistem yang berkelanjutan.
Terkait dengan program magang, Reederei Nord yakni perusahan yang bergerak di bidang pengoperasian kapal kontainer, tanker, dan barang kiriman reguler (general cargo) dari Jerman melalui PT Silo Bahari, telah merekrut lebih dari 20 mahasiswa Polimarin. “Dalam program yang dilaksanakan selama 12 bulan ini, Reederei Nord turut memberikan fasilitas uang saku mencapai US$480 setiap bulan bagi mahasiswa,” terang Wikan.
Selain itu, kata dia, mahasiswa juga selalu mendapatkan evaluasi pelaksanaan magang untuk mencapai kriteria kompetensi yang telah ditetapkan. Reederei Nord pun memberikan program sistem bergabung kembali (re-join) bagi mahasiswa yang mendapatkan kondite baik selama magang untuk kembali bergabung sebagai staf maupun insinyur di kapal-kapal Reederei Nord.
Salah satu alumni yang telah magang dan bergabung kembali (re-join) adalah Anwar Adi Prasetyo. Alumni program studi (prodi) teknika Polimarin. Pada 2021 lalu, ia kembali dipanggil untuk mengawaki salah satu armada kapal Reederei Nord berbendera Panama sebagai insinyur (engineer). Sebagai lulusan baru, Anwar diketahui mendapatkan gaji senilai US$3.358 setiap bulannya.
“Tak hanya Anwar, lima rekannya juga sudah mendapatkan jadwal untuk pemberangkatan ke kapal Reederei Nord dengan rotasi dan tujuan pelabuhan yang memungkinkan untuk proses boarding atau sign-on. Selain itu, 15 mahasiswa yang baru selesai magang di Reederei Nord, juga telah mendapatkan ‘tiket’ untuk re-join sebagai officer atau engineer setelah wisuda di tahun 2022 ini,” urai Dirjen Wikan.
Pendidikan Vokasi Jenjang Nonformal Terus Bersinar
Selain pendidikan formal, pendidikan vokasi nonformal pun terus bersaing dalam mencetak SDM yang siap pakai di dunia usaha, industri maupun kerja (DUDIKA). Salah satunya adalah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Overseas Training Center (OTC) Bali.
Penanggung jawab LKP OTC Bali, I Wayan Rediyasa menyebutkan, sebagai bagian dari unsur lembaga pendidikan vokasi Indonesia, LKP OTC Bali turut serta membentuk konsep ketautsesuaian (link and match) dengan dunia industri. “Hal ini dilakukan dengan beberapa pola kerja sama yang dibangun dengan industri perhotelan di dalam negeri seperti Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) dan manning agency dan beberapa hotel mewah di luar negeri,” ujarnya.
Adapun pola kerja sama yang dilakukan LKP tersebut yakni dengan penempatan kerja luar negeri melalui beberapa pola yaitu pola ‘G to G’ antarnegara, pola mandiri dengan hubungan langsung antara calon pekerja migran indonesia (CPMI) dengan perusahaan di luar negeri, pola “G to P” melalui negara kepada perusahaan luar negeri, pola “P to P” melalui P3MI langsung ke perusahaan luar negeri, serta pola uji kompetensi kepala sekolah (UKPS) untuk kepentingan perusahaan itu sendiri yang memiliki cabang di luar negeri.
Tercatat, pada tahun ini penempatan CPMI untuk perusahaan di darat luar negeri (landbase) maupun kapal pesiar (seabase) terserap sebanyak 500 hingga 1.000 orang. “Angka tersebut sebagian besar kami dapatkan dari alumni OTC Bali melalui seluruh pola penempatan. Kami pastikan juga untuk tingkat kepuasan terhadap kualifikasi CPMI yang diberikan oleh OTC Bali selama ini sangat diapresiasi oleh pihak user di luar negeri,” ungkap I Wayan Rediyasa