Inggris, memang bukan Indonesia. Mereka tidak mau tunduk pada aturan kepabeanan Uni Eropa. Ini soal kedaulatan. Soal harga diri dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik. Brexit.
Padahal, sebelumnya Perdana Menteri Inggris Theresa May sempat menawarkan jalan keluar dalam proposal Brexit yang diajukannya. Pasar pun berharap, parlemen dapat menenangkan pasar dengan menyetujui proposat May.
Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker menyepakati klausul baru terkait backstop di perbatasan Irlandia Utara-Republik Irlandia.
Backstop adalah semacam jaminan bahwa tidak ada perlakuan kepabeanan yang ketat di perbatasan kedua negara tersebut. Namun ide ini mendapat tentangan dari parlemen Inggris, karena menilai sama saja dengan Inggris tetap tunduk dengan aturan kepabeanan Uni Eropa. Kedaulatan negara menjadi dipertanyakan.
Oleh karena itu, May dan Juncker setuju bahwa dalam proposal Brexit yang baru nanti Inggris bisa sewaktu-waktu keluar dari kesepakatan backstop. Dengan begitu, Inggris tidak akan merasa ‘terjebak’ oleh aturan dari Brussel.
Brexit?
Namun yang pasti, May kembali tertunduk. Ini setelah proposal Brexit yang diajukan May kembali ditolak dalam pemungutan suara di Parlemen Inggris, Selasa (12/3/2019) waktu setempat, atau Rabu (13/3/2019) WIB.
Seperti dilansir CNBC International, May kalah. Proposal yang diajukan, hanya didukung 242 anggota parlemen. Sementara mayoritas, 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas pil pahit karena pada pemungutan pertama 15 Januari, May juga kalah suara, 432 melawan 202.
Tidak heran jika May menyesali keputusan yang diambil oleh House of Commons alias Majelis Rendah Inggris. Sebuah lembaga yang salah satu tugas utamanya membuat UU.
“Saya terus meyakini bahwa Inggris harus meninggalkan Uni Eropa dengan tertib beserta kesepakatan yang menyertai dan bahwa kesepakatan yang kami negosiasikan adalah yang terbaik dan memang satu-satunya kesepakatan yang tersedia,” ujar May kepada anggota parlemen.
|
Mata uang Inggris, poundsterling, turut terdampak oleh hasil tersebut. Poundsterling mulanya melemah 0,2% terhadap dolar AS pada level 1,3124/US$. Namun, setelah itu, poundsterling tergelincir lagi sekitar 0,5% terhadap greenback.
Selanjutnya, anggota Parlemen Inggris akan memberikan suara pada Rabu (13/3/2019). Topik utama adalah apakah Inggris harus meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal Brexit) pada 29 Maret.
Jika opsi itu ditolak, sebagaimana perkiraan, maka anggota parlemen akan melakukan pemungutan suara apakah Brexit harus ditunda. Opsi tersebut diproyeksikan bakal lolos di Parlemen. Imbasnya kemudian May harus meminta perpanjangan waktu kepada Uni Eropa.
Pengaruhnya pun langsung instan terasa. Pasar saham Jepang, pagi ini Antara melansir, dibuka dengan posisi lebih rendah. Mungkin, posisi ini sebagai sentimen pasar atas penolakan parlemen Inggris pada proposal May.