32.9 C
Jakarta

Kelor, Komoditas Pangan Nabati untuk Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Baca Juga:

Oleh : WIJAYANTI, SST, M.Kes *)

Kekurangan zat besi (Fe) merupakan salah  satu dari sepuluh masalah kesehatan  yang serius. Apalagi  dalam  siklus  kehidupan  wanita yang mendapat mentruasi dan kehamilan dalam usia reproduksi sehat.

Anemia merupakan salah satu tantangan utama di negara berkembang. Penyebabnya infeksi bakteri dan virus, infestasi cacing, kehamilan, menstruasi  dan penyakit lainnya. Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen,  dapat terjadi akibat penurunan produksi sel darah merah (SDM) dan atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. Sering didefinisikan  penurunan kadar Hb  dalam darah sampai  dibawah rentan normal 13.5 g/dl (pria), 11.5 g/dl (wanita), dan 11,0 g/dl (anak–anak ) dan < 11 g/dr (wanita  hamil).

Tanda gejala anemia : pucat pada membran mukosa,  keletihan, pusing dan pingsan, sakit kepala, napas dangkal, peningkatan frekuensi jantung (takikardia), palpitasi (berdebar-debar). Fokus  penanganan anemia mulai  bergeser   dari memenuhi permintaan darah seperti transfusi darah, yang terkadang menjadi masalah  tidak tersedia pendonor,  tidak dapat dijangkau, banyaknya risiko yang terkait dengannya. Saat ini beberapa pilihan yang telah dieksplorasi dalam  penanganan anemia  adalah penggunaan parenteral iron, hematinic seperti besi dan suplemen asam folat.

Kelor adalah tanaman yang banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis memiliki peranan penting terhadap pencegahan penyakit metabolik dan beberapa penyakit infeksi karena berpotensi sebagai sumber utama beberapa zat gizi dan elemen terapeutik, termasuk anti inflamasi, antibiotik, dan memacu sistem imun mengingat kandungan zat besi dan proteinnya cukup tinggi, memiliki potensi terapi suplementasi untuk  anak malnutrisi  sehingga kelor mendapat  julukan Mother’s Best friendl dan Miracle Tree.

Pemanfaatan kelor  oleh masyarakat belum banyak diketahui, umumnya dikenal sebagai menu sayuran. Selain dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, kelor dapat diolah menjadi bentuk tepung (powder),  dapat digunakan sebagai fortifikan untuk mencukupi nutrisi pada berbagai produk pangan, seperti pada olahan pudding, cake, nugget, biscuit, cracker serta olahan lainnya. Tepung daun kelor dapat ditambahkan untuk setiap jenis makanan sebagai suplemen gizi.

Hasil Penelitian kami di Laboratorium Penguji Pangan dan Gizi  ( No : 884/PS/07/18   ) terhadap tepung daun kelor dengan perlakuan sinar matahari diperoleh hasil  1) Kadar lemak  6.74%, asam  lemak ini membantu mempercepat metabolisme, sehingga jika dikonsumsi daun kelor memiliki tingkat energi yang tinggi. 2) Kadar protein 23,37%, daun tanaman kelor memiliki kandungan asam amino esensial yang tinggi, termasuk asam amino sulfur yang mirip dengan asam amino yang dikandung biji kedelai. 3) Serat kasar sebesar 3,67%, daun kelor dapat menurunkan kolesterol jahat dan mengurangi nafsu makan sehingga  membantu menurunkan berat badan. 4) Mengandung senyawa mineral yang cukup tinggi, yaitu kadar Zat Besi (Fe) 177,74 ppm, kadar Calsium (Ca) 16.350,58 ppm, kadar Natrium (Na)  1.206,54 dan kadar fosfor sebesar 290,65 mg/100gr. Kandungan mineral yang tinggi dipengaruhi oleh menurunnya kadar air dalam tepung daun kelor, sehingga mineral menjadi lebih pekat dan kadarnya meningkat.

Kandungan Fe yang tinggi berfungsi sebagai bahan pangan fungsional untuk mengatasi anemia.  Hal ini sesuai dengan  hasil penelitian   kami kepada  remaja  putri   dengan pemberian tepung daun kelor   500 mg selama   14 hari  dapat meningkatkan  kadar  hemgolobin.

*)Penulis dari  Prodi  DIII Kebidanan  ITS  PKU Muhammadiyah Surakarta

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!