JAKARTA, MENARA62.COM – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Mayjen TNI (Purn) Dr Bachtiar Utomo mengatakan Gerakan Pramuka belakangan seperti mati suri. Padahal Gerakan Pramuka merupakan kegiatan yang penting dan strategis untuk membangun karakter anak bangsa.
Karena itu, Bachtiar mengajak masyarakat terutama anggota Pramuka untuk membangun kembali nama besar Gerakan Pramuka. “Gerakan Pramuka memiliki banyak program kerja yang perlu dikenal lebih luas oleh masyarakat,” ujar Bachtiar pada keterangan persnya terkait Hari Pramuka tahun 2024, Senin (5/8/2024).
Salah satu strategi yang dilakukan Kwarnas untuk kembali mengangkat nama besar Pramuka adalah dengan merevisi Kurikulum Pramuka. Revisi itu dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi digital yang semakin pesat.
“Contohnya waktu Jambore dan Raimuna, kita sudah adakan pelatihan e-sport dan coding untuk peserta Pramuka. Ini bentuk adaptasi kita pada teknologi digital,” lanjut Bachtiar.
Selain itu, Pramuka juga membentuk Gerakan Pramuka Peduli untuk memudahkan langkah anggota Pramuka melakukan aksi-aksi social dan kebencanaan di tengah masyarakat. Pada saat terjadi pandemi Covid-19 misalnya, Pramuka juga membentuk Duta Perubahan Perilaku yang tugasnya mengedukasi masyarakat untuk menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.
“Ada juga kami membentuk satuan Karya Rintisan yang memiliki 12 fokus Garapan mulai bidang pangan, bidang wirausaha, bidang pariwisata, pengawasan obat dan makanan dan lainnya. Kami bekerja sama dengan stakeholder lain untuk melaksanakan Satuan Karya Rintisan ini,” tegas Bachtiar.
Menurutnya Pramuka memiliki peran, tugas dan fungsi yang besar sekali. Sehingga kurang bijak jika Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dalam salah satu kebijakannya tidak lagi mewajibkan ektrakurikuler Pramuka di sekolah-sekolah karena dianggap setara atau sama dengan ekskul lainnya. “Ekskul Pramuka terdapat pembentukan karakter building yang sangat kuat. Ini beda dengan ekskul lainnya,” kata Bachtiar.
Apalagi berdasarkan survei yang dilakukan Kompas menunjukkan lebih dari 80 persen responden masih menginginkan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Sehingga tidak ada alasan bagi Menteri Nadiem menghapuskan kewajiban ekskul Pramuka bagi anak-anak sekolah. “Malah kalua perlu ada level Pra Siaga yakni anak-anak TK supaya Pramuka dikenal oleh anak-anak sejak usia dini,” tegasnya.
Lebih lanjut Bachtiar menekannya bahwa dalam pendidikan itu ada tiga pilar penting yakni pendidikan formal yang digelar di sekolah-sekolah, pendidikan informal yang diemban oleh orang tua dan non formal yang dilakukan oleh organisasi, lembaga termasuk Gerakan Pramuka. “Ini artinya bahwa sebenarnya Pramuka itu membantu Kemendikbudristek untuk membangun karakter siswa melalui pendidikan non formal,” tegasnya.
Kwarnas Gerakan Pramuka sendiri telah berkirim surat langsung kepada Menteri Nadiem untuk membatalkan atau mencabut kebijakannya tersebut. Namun hingga kini surat tersebut belum mendapatkan respon dari Menteri Nadiem.
Terkait Hari Pramuka Nasional 2024, selain upacara di Bumi Perkemahan Cibubur sebagai puncak peringatan Haru Pramuka, Kwarnas Gerakan Pramuka juga telah menggelar beberapa kegiatan mulai dari bedah rumah warga, donor darah, pemberian sembako pada warga kurang mampu, pembersihan rumah ibadah dan fasilitas umum, pengobatan massal dan beberapa kegiatan ditingkat Kwarda.